Wussh,,
Aku mendengar dan bisa merasa deru angin bertiup
dikedua belah telingaku. Ujung-ujung jariku juga mulai kedinginan dibawah
langit yang sedang tak berkawan dengan bintang. Bahkan gurat bulan pun tak ada
dalam radius pandangan mata telanjangku. Mungkin hujan kali ini kan bertamu
kembali. Ini kali kedua dalam minggu ini jika benar hujan kembali untuk singgah
di desa dimana sebuah gurat nostalgiaku berakar.
Lebih jauh, kurasa aku bahkan bisa melihat gelapnya
malam yang siap menerkam syaraf-syaraf yang tak ada perlindungan kehangatan. Ah,
dinginnya kota ini sudah semacam winter di seberang Eropa sana kurasa.
Bisa kutatap 2 pasang kaki yang sedang berjalan dengan
perlahan. Bisa kulihat gamit sang wanita itu dilengan sang pria. Dan dengan
mesra nya, si pria membenahi topi dingin si perempuan yang bisa kulihat dari
kejauhan hamper jatuh ke tanah yang berbatu yang sedang mereka lewati.
Hari masih belum terlalu gulita untuk dijamah jika ini
di tengah hiruk pikuk metropolitan. Tapi wajar saja, desa kecil di daerah
pegunungan ini sudah mulai diam dan bisu saat matahari mengendap-ngendap
memancarkan warna jingga kemerahannya di bagian barat bumiku ini.
Selagi menatapi langkah sepasang kekasih yang sebetulnya
kakek dan nenek tua itu, jemariku semakin merasa kedinginan, dan saku jaketku
adalah selimut terhangat untuk 10 anak tanganku…
Sepeninggalan mereka, aku masih berdiam dalam
kebisuan. Lalu menghela nafas ringan, sembari mengingat sebuah kenangan.
Nostalgia.
Aku masih ingat saat kamu menggenggam jemariku kala
aku kedinginan. Aku masih ingat bagaimana caramu membantuku memakaikan jaketku
saat kita hendak bepergian makan malam keluar.
Ah, manis memang…
Dua tahun berlalu tanpamu bukanlah mulus dan tak ada
kerikil yang menghalang.
Kakiku bahkan perih tak tertahan kala ujung kerikil
yang tajam mengiris ruas-ruas jemariku saat kucoba papah langkahku yang memang
mulaikabur arahnya.
Begitulah analogi yang bisa kugambarkan semenjak
kepergianmu…
Bahkan nostalgiaku yang sekian detik pun terasa
menyenangkan. Karena kamu. Kamu. Kamu.
Kau tau?
Bahkan malam terhangat tak akan pernah mampu
mengalahkan hangat peluk jemarimu di tanganku….
Salam dariku, yang mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar