Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Rabu, 03 April 2013

Kamu...


Kubuka mataku, dan menatap matahari yang sama terbit untuk hari yang awalnya terasa biasa, dan kuyakin tetap biasa sampai ada yang merubahnya Ya, siapa lagi kalau bukan kamu yang disana? Ya kan? :)

Aku sudah terbiasa, terbangun tanpa kamu disisiku. Ya, hanya handphone yang boleh kujamah untuk mengabarimu di kota sebelah sana. Aku juga masih terbiasa, kembali sadar dari mimpiku dengan tiada senyummu yang memelukku hangat tiap kubuka mata.

          Bertenung aku sendiri, menyesap rindu yang mulai menjangkiti. Selalu ada tangis yang pecah saat aku sudah tidak kuasa menahan rasa yang selalu ditunda dalam pelampiasannya. Aku sakit menungguimu yang entah kemana. Menunggui kamu yang tak lagi sama saat awal kita bercerita dan mengenal cinta satu sama lainnya. Kamu ada, tapi tak bisa lagi kau kurasa masih dengan getar yang sama padaku. Kupikir ada yang berubah antara kita, atau hanya pikiranku saja karena aku mulaidepresi menunggui kamu yang mulai samar keberadaannya dalam hariku.

Lalu bagaimana yang sebenarnya?

Aku masih setia menuliskan namamu dalam hatiku, dan kubiarkan terpatri kuat disana dari hari ke harinya. Aku juga masih sering menjengukmu dalam doa. Memelukkmu dengan mesra lewat tangis rindu yang berhasil menyulut emosiku dengan telak nyatanya, persis saat aku mengharapkan pelukmu menghampiri dukaku yang membalu pilu. Persis saat aku mengharapkan senyummu yang menghampiri guratan senyum dan tawa bahagiaku.

          Ah, aku tak tau apa yang salah. Kurasa kamu tak lagi cinta? Benarkah? Sakit, takut… Lebih dari itu. Aku sekarat. Berdarah lewat nyawa yang sudah tak lagi utuh dalam penantian yang tak kunjung berlabuh. Tak tau kah kamu aku sudah jenuh menunggumu? Namun hatiku masih untukmu, untuk dirimu. Sebab itulah aku bergerilya menyeruak tekanan waktu yang makin lama makin menyiksaku. Bayangkan saja, kasih! Kukira aku sudah cukup kuat untuk menunggumu disini berlama-lama, kukira aku sudah cukup baik dengan setia hanya pada hatimu saja, dan tak berpaling pada lainnya. Aku, apakah menurutmu layak untuk diperjuangkan lalu dimenangkan pada akhirnya? Entahlah.

          Ada banyak hal yang siap aku ceritakan sampai mulut ini kehabisan suara. Tapi aku tau, kamu tak lagi punya waktu untukmu. Ad dinding pembatas yang dipalangi jarak untuk kita berdua.

Gamit lenganmu,

Genggaman jarimu,

Senyum manismu,

Seruak tawamu,

Tingkah konyolmu,

Bahkan amukkan mu yang tak jelas apa sebabnya didepanku,
Ah, aku merindukan semuanya,,,

Begitu indah saat kita bersama. Ya, tak ada yang terasa lebih baik saat aku dan kau berada dalam dimensi ruang dan waktu yang sama. Bercerita, bersenda gurau dan tertawa bersama. Geram rasanya, merindukan kamu yang dulu, dan bisa bersamaku dalam nyatanya hidup kita.

Aku masih merasakan sesak yang sama, merindukanmu. Masih merasakan kepayahan yang sama, merindukanmu. Masih dengan harapan yang sama. Bertemu denganmu. Secepatnya…


                                                                                                          Sincerely,
                  
                                                                                                         Melva