Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Kamis, 20 Februari 2014

Imagine How Your Life Will Be Without Fear

By Chris Green

I wonder if you, like me, have been presented with countless opportunities to take a different path in life but succumbed to the power of fear each time? Sometimes, the opportunities arose out of the blue and needed a quick decision. On many other occasions though, the opportunities arose because I'd had a dream and an ambition to try something new, to do something I had a passion for or to connect with someone I liked.

Each time, the opportunity passed me by and I was left frustrated and puzzled as to why things never changed. I know I'm not unique, as this happens to most people and I'm sure you've been there too. Fear, the most powerful of our emotions, is the villain who cheats us out of life-enhancing opportunities.

Have you ever imagined what your life would be like if fear simply didn't exist?

Senin, 17 Februari 2014

Apa Kau Benar Setegar Itu?


Aku baru mengenal sosok perempuan ini kurang dari 1 tahun…

Tapi, apa kau tau? Aku banyak belajar darinya dalam waktu yang relative singkat itu.
Aku tau dia bukanlah seorang penyabar di masa lalunya…
Namun, luka yang diterimanya cukuplah membentuk dia menjadi sosok perempuan yang bisa kukatakan kuat, dan sedikit demi sedikit hal itu juga mulai muncul didiriku.

Dia pernah berkata, “Apa kau tau? Aku bahkan tak tau jika aku mampu bersabar seperti ini sebelum luka-luka itu datang menggerogoti hidupku yang kecil ini.”
Dia bahkan masih bisa tersenyum dengan manisnya, sementara pelupuk matanya sudah digenangi air mata yang siap untuk jatuh kapan saja.
Aku hanya bisa terdiam menanggapinya.

Aku tau isi dari setiap bab perjalanan hidupnya. Semua ceritanya dengan gamblang diceritakannya padaku.
Kadang, kulihat dia menangis dan hendak menjerit di tengah malam menangisi sosok yang dikiranya tak akan pernah kembali. Sosok itu bukan mati di telan bumi, bukan juga hilang selamanya. Dia bahkan masih ada dihidupnya. Dekat.
Hanya saja, waktu telah merubahnya…
Keadaan telah merenggut sebagian dari dirinya yang dikenal perempuan itu.

Saat secercah harapan mulai datang,
Aku bahkan turut berdoa untuk kebahagiaan mereka yang pelan-pelan timbul. Yaah, harus kukatakan, secercah harapan itu baru sebentuk cahaya korek api ditengah gelapnya malam. Bisa kau bayangkan kan? Masih terlalu kecil. Masih terlalu kecil.
Mereka dengan tekun memulai semua dari awal lagi. Belajar memperbaiki apa yang harus diperbaiki.

Namun, lagi dan lagi…
Kehidupan seakan tak pernah puas mengajarinya tentang kepahitan.
Kau mungkin akan menangis saat menonton drama Korea atau film sedih nan romantis lainnya. Namun, mungkin kau akan menjerit jika kau juga tau apa yang dialami perempuan yang baru kukenal ini. Terlebih, jika kau duduk disampingnya dan mengamati cerita hidupnya setiap hari.

Oh, Tuhan…
Aku sangat menyayangi wanita ini.
Sampai kapan dia akan bersabar?
Sering kali kutemui dia tersenyum miris sambil mengetikkan pesan singkatnya untuk kekasih impiannya yang susah payah diperjuangkannya sampai saat ini.
Kadang, aku bahkan dengan berani merogoh sakunya dan melihat apa isi pesan singkatnya saat dia tak ada. Dan kau tau? Aku temukan emot-emot tersenyum nan cantik di sana, padahal dengan jelas sebelumnya bisa kulihat jika dia menangis.

Apa kau memang sudah belajar sabar sejauh itu, gadis?

Pernah kau berkata kepadaku, “Terkadang, ada saatnya kau tak mendapat hal yang kau inginkan. Belajarlah mengikhlaskan.”

Dan setelah itu, dengan tegarnya dia mundur perlahan dari hidup laki-laki dan wanita lain itu.
Bagaimana bisa dia dengan senyum itu bertahan dengan pesan yang jelas-jelas tak diinginkannya untuk terjadi?

Aku benar-benar mengasihinya. Sungguh.
Ini bukan sinetron, tapi kutau, kisah cintanya dengan laki-laki itu tak mudah. Belum lagi ada sosok wanita lain yang mencoba merantai laki-laki itu agar tak kembali pada perempuan tegar yang kukenal itu.

Mungkin, perempuan itu akan kembali tegar, yah atau berpura-pura tegar. Karena kutau, dia akan menghabiskan beberapa jam malamnya untuk menangis, menghabiskan waktu luangnya untuk termenung sendirian di depan cermin, lalu menangis lagi…
Tanpa diketahui oleh siapapun, terlebih sosok yang dicintainya.

Satu hal...
Aku tau, bahwa benarlah jika perempuan itu dan laki-laki itu sangat mencintai satu sama lain. Hanya saja, keadaan sekarang tak mungkin dilawan.

Apa kau memang benar setegar itu?

Ah, apapun itu...
Bertahanlah, kau!