Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Senin, 28 Mei 2012

Apa Tunggu Aku Bilang Putus?


Pagi ini, kudengar suaramu lagi dan lagi… Seperti biasa kamu menyapaku dan bilang “Selamat pagi, selamat hari Minggu.” Kamu tahu? Sekesal apapun intonassi suaraku saat menerima telfon darimu, semangatku selalu bertambah. Pagi ini mungkin suaramu sedikit terdengar beda, itu karena sakit. Tapi masih ada pesan yang sama dalam setiap hela nafasmu.Kamu mengharapkan aku jangan nakal kan? Iya, aku tau kok. Dan dalam riuh rendah suaramu, aku tau perasaan itu masih sama. Mungkin akan selalu begitu. (Semoga) Kamu masih mencintaiku dengan begitu sangatnya.
            Lalu, rutinitasku tiap Minggu bergereja pun kujalani. Ada laki-laki lain yang duduk  disebelahku. Dia adik kelasku. Kenapa bukan kamu yang ada disampingku hari ini? Lagi-lagi masalah jarak. Kita ber-LDR. Tiga huruf yang membentuk hubungan kita. Tiga huruf yang rutin membuat status yang sedang kita jalani ini kerap mengalami masalah. Long Distance Relationship.
            Apa kamu tau? Dalam setiap doaku ada namamu yang terucap. Ada beberapa baris kata yang keluar dari hati ini agar kamu baik-baik saja disana. Curhatanku kepada Bapa tentang kaamu mungkin sudah bertumpuk-tumpuk. Aku Cuma mau kamu disana sehat-sehat saja. Cuma mau kamu selalu ada dilindungan-Nya.
            Selesai bercengkrama dan bersukaria dengan Bapa di gereja lewat doa dan nyanyian. Sesosok laki-laki yang mungkin pernah ada rasa lebih padaku datang menghampiri. Tapi, tunggu dulu, kurasa dia dulu hanya bercanda. Sekali lagi, mungkin dia hanya bercanda. Tak serius berkata “Maukah kau jadi pacarku.” Sudahlah. Lalu tangan kita berjabat layaknya teman lama. Sebetulnya semuanya biasa saja. Sangat biasa malah.
            Lalu, sedikit kesalahpahaman terjadi, saat kamu menelfonku disela-sela percakapan dan candaan antara aku dan teman-teman perempuanku. Seseorang diantaranya meneriakkan aku ditembak dengan dia (yang tadi berjabat tangan denganku) lalu,,,, tiba-tiba saja,,,,, suaramu diujung sana berubah nadanya. Aku tahu, dan paham,,, itu cemburu kan? Itu kesal kan? Sedikit perdebatan ada tercipta untuk beberapa saat. Lalu, begitu saja, pesanmu tak kubalas, tentu saja untuk sementara.
            Masih dengan ber-having fun dengan temanku, lagi-lagi panggilan telfon dihapeku bordering kembali. Seperti biasa itu dari kamu.
“Hallo,” kataku
“Udah di rumah?,” ujarnya diseberang sana.
“Belum, masih di mall,” balasku.
“Ngapain? Mau cuci mata ya?”
-----Hening-----
Tit tit tit.,,,, dan telfon pun terputus, ya aku memang yang memutuskannya.
            Entah sehina apa aku sampai kamu tuduh begitu. Tak hanya sekali aku dicurigai. Bukan hanya ini saja kali kamu menuduhku punya atau hendak mencari yang lain. Teman-temanku risih dengan panggilan telfon darimu yang hari ini selalu saja bernada curiga.
            LDR sepertinya menenggelamkan kepercayaanmu padaku. Entahlah maksudmu apa. Kita sering beradu pendapat tentang orang ketiga yang sama sekali tak ada. Kamu selalu mempermasalahkan siapapun laki-laki yang berada didekatku, meski kamu tau kalau aku nggak -punya hubungan apa-apa dengannya/mereka.
            Saat aku duduk disamping adik kelasku tadi saja, kamu marah. Ya ampun, berlebihan klan??? Semua karena sayang? Tapi apa harus dengan cara yang seperti ini? Marah dan terus mempermasalahkannya? Masih banyak rentetan kisah kecemburuanmu yang tak beralasan kuat yang ada didaftar memoriku.Bahkan, waktu 24 jam pun mungkin tak akan sanggup untuk menuangkannya disini. Haaah, mungkin jengah yang tadi siang kurasa.
            Sampailah aku dititik didihku. PUTUS. Ya, itulah yang terlintas dibenakku. Cuma kata itu yang bisa memadamkan api cemburu yang bersarang dihatimu. Kalau 1 kata dengan 5 huruf itu sudah keluar dariku, barulah kamu mau diam, dan mengalah.
            Apa harus tunggu aku bilang putus dulu? Apa perlu begitu terus untuk mendamaikanmu dengan rasa cemburumu? Jawab!!!

LDR Buat Aku Jadi Iri?


Malam ini sebetulnya masih sama dengan malam kemarin. Tak ada bedanya. Aku masih disini sendiri. Terserah malam ini malam apa, malam Kamis kah? Jumat kah? Atau malam Minggu sekalipun. Toh tak ada yang berbeda kan? Mengapa aku berkata demikian? Ya, tentu saja. Aku dan kamu terpisah jarak. Pasangan-pasangan lain memadu kasih mereka, khusunya di malam Minggu. Tak jarang kulihat ada yang bergandeng tangan, tertawa bersama, bertatapan mesra. Ya, itu mereka, yang tentu saja bisa bertemu dengan passangannya kapan saja mereka mau tanpa terlalu berpikir panjang tentang jarak yang memisahkan. Dan bagaimana dengan kita? Kita tentu saja tak bisa demikian dengan mudahnya.
            Akutahu, aku dan kamu sudah menjalani hubungan jarak jauh ini bukan hanhya sehari. Aku tahu, kalau kamu dan aku terpisah jauh bukan hanya seminggu. Kita memang tidak terpisah begitu jauh, tidak sampai terpisah negara. Kita hanya sedang berada di pulau yang berbeda. Tapi tetap saja kan, itu LDR alias Long Distance Relationship? Tetap saja kan kita punya status tapi tetap merasa kesepian? Makanya ada yang bilang, “Jomblo dan LDR itu sama, sama-sama kesepian.”
            Aku tak ada disisimu. Kamu tak ada disampingmu. Tapi, kita sama-sama tau. Dan tentu saja memang sama-sama tau, kalau kita saling memiliki. Aku ada dihatimu, dan begitu juga sebaliknya, kamu ada dihatiku.Terkadang, saat aku memikirkan kamu, terlintas juga pertanyaan entah sampai kapan kita harus begini. Entah sampai kapan hanya untuk saling menatap mata satu sama lain saja susah. Entah sampai kapan hanya untuk bergandengan tangan saja susah.
            Dimana kita bisa bertemu? Ups, bukan bertemu, hanya komunikasi sebenarnya. Hanya komunikasi tanpa tau raut wajah kita seperti apa saat sedang berbicara di telfon, saat menuliskan pesan singkat, saat membalas komentar di dunia maya, atau bahkan saat kita saling memikirkan 1 sama lain. Ya, itu kita. Yang tak bisa sesuka hati untuk bertemu, tapi terhalang jarak yang ada.Ya, inilah kita.  Yang jauh di mata dekat di hati.
            Saatku berjalan sendiri, menjalani rutinitasku yang kerap ditemani suaramu, yang ditemani inbox darimu tiap harinya. Lagi-lagi, aku melihat gelak tawa para pasangan yang hilir mudik di depan mata. Kadang juga terlihat olehku pasangan yang satu diantaranya sedang merayu pasangannya yang sedang marah. Terlalu banyak jenis pemandangan visual yang ditampakkan kerumunan pasangan-pasangan lain di mataku.
            Kadang, terlintas dibenakku, sebuah keinginan sederhana. Tapi aku sangat menginginkanya, dan itu begitu teramat menyiksa saat aku terlalu merindukanmu dan tampak dimataku pasangan yang sedang bergandengan tangan. Masih dengan keinginan yang menghantui kerinduanku padamu, entah kapan lagi tanganku boleh terselip di tanganmu, kapan lagi kilau mata beningmu bisa kulihat dengan jelas? Sederhana memang. Tapi aku sadar, walau hanya keinginan yang sesederhana itu, aku tak dapat merengkuhnya dalam waktu yang relatif singkat.
            Apa aku iri dengan mereka? Apa aku sudah lelah dengan sebuah hubungan jarak jauh ini? Apa aku tak sanggup menjalani kisah cinta yang hanya berkomunikasi lewat handphone dan dunia maya? Kurasa bukan, ya tentu saja bukan! Aku hanya terlalu merindu.
            Konsep hubungan yang sedang kita jalani ini memang cukup berat. Bukan apa-apa sebetulnya. Toh cinta aku dan kamu kuat. Hanya saja, lagi-lagi,,, hubungan jarak jauh ini sering menimbulkan masalah kepercayaan diantara kita. Kita kerap berbeda pendapat, kerap berselisih paham, kerap diam dan teguh dengan pengertian sendiri.Cemburu! Itu jadi topic utama, dan mungkin akan selalu jadi topik utama  selama kita menjalani konsep LDR ini.
            Seberapa pelik pun masalah yang ada atau yang aka nada. Keirianku pada mereka yang tidak menjalani hubungan jarak jauh seperti ini tak akan merubah atau mebgurangi rasa sayangku buat kamu yang jauh disana. Semerindu apapun aku padamu, tak akan membuatku mencari sosok baru sebagai pelampiasan rasa rinduku. Aku masih bertahan, dan akan tetap bertahan. :)

Imperfect Person
Melva

Lil About Me and My Life


So far, well there’s  no change with my name. I still be a girl with Melva Sari Simangunsong as my name. Umh, I was born on June 19th, 1993 in Jambi, a town in this country, Indonesia. I actually did not know where I was born. But, guess what? Maybe I was born at my home. Yeeaah,,, it doesn’t matter right? It doesn’t  matter where I was born whether it was at house or hospital even. I still be Melva. J
            During I breath in this earth I feel I never make anything that can make my life has such kind of perfection at least on the human’s image. How pity I’m, rite? And what about ya? I also want to know more about your story. Really. Maybe you want to share that with me someday. J
            Now, I’m on my way to get 19 YO. Oh no, I got an aging. Yes, of course, cause I just an ordinary human being. So you are rite? Well, well, well,,, there’s no other hope except want to be better and better one, hopefully in this age I’ll be a mature and wise person. I do really want to make everyone around me be happy and proud of me. But I know that’s not easy. Note! It’s not easy. *halah* #butitistrueguys.
            Here, I’m standing as a 18 years old one. Now, May 27th, 2012… I do not know what will happen next. And I cannot predict it at all. O yaaa,,, don’t u know why I wrote this kind of text? I also do not know what is the exact reason. But maybe this is just several words that I can tell you just to fulfill my spare time before I get my bed. I miss my bed now. Arrrrgh. *tolol*
            O yaa,,, can you guess what sort of girl am I? I know that you can answer it easily… Ok,,, c’mon!!! You almost get the answer!!!! Fighting!!!! *lho lho lho???* Yeeeeeessss,,,, Congrats! U got the answer. I’m the kind of person that is driven by mood. I often to do something depends on my mood. If I feel happy, I would like to sing all day. But, if I have bad mood (pake really) I would be an introvert one. Or like to being lonely. That’s me. Sometimes I think that to feel the meaning of crowds, we need to be alone in my way. (apa2 an ini? Kagak nyambung)
            Ok,,, saya mulai mengantuk…. Sleeppppppyyy mak e. I need to sleep rite now. But my stomach is not on the mood to lay on the bed. Well, lets go on to the next sentence. (It’s about 10.46 p.m). What do you want to know from me? Just tell me!!! I’d be glad to share everything that I can share to you for this time. Mumpung ada kesempatan mbak!!! (kagak ada yang mau nanyain elu kali, Mel.)
            Ok, now I’m listening Knock Knock from Lenka, actually I don’t know what does the meaning of this song. I cannot catch the message from this song. Knock knoct::: We can say “tok-tok” in Indonesia??? +Maaf Maaf+
            So, what can I tell you then? I have some problems today. Full of trouble. Thanks thanks thanks. Aiiii jaasst waan tuu seeeiii tennngss. It made my head spinning around. Start from the lateness to came to church, then problem with my boyfriend (now it seems like we’re going to break up), until about my grammar task. Ok, tomorrow it’s my group turn to tell lil bit about future time expression. O yaaa(again) I’m not so gud in English, Mess up instead. Bad. T.T
            Ok, finally my head almost fall down, cause I;m so sleepy tonight, and so tired. I need rest a lot as soon as possible….
            Well, maybe someday I’ll tell you my little secret, my little story, my little words….
I have to stop this and then fly away with my sweet dream. Thank you for reading this.

An ordinary one,


Melva


Catatan::: Apapun yang kamu baca, itu memberi kamu ilmu dan membantumu membahagiakan orang lain. Aku tau kalau tulisan ini sama sekali nggak ada bagus-bagusnya.. Tapi, asal kamu tau, dengan membacanya saja, aku disini tersenyum atas kemurahan hatimu membaca tulisan yang tak ada apa-apanya. J

Sabtu, 12 Mei 2012

Sudahkah Aku Bersyukur Hari Ini?


            Pasti kita pernah atau punya orang-orang yang punya masalah yang pelik dalam kehidupan mereka. Atau bahkan kita sendiri pernah mengalami masalah yang seakan-akan membuat kita jatuh dan terpuruk, dan serasa tak bisa bangkit. Masalah yang mendorong kita untuk berkata “aku tak bisa,” “aku tak mampu, Tuhan.” Aku tak tahu apa yang sedang kamu dan mereka hadapi sekarang. Begitu juga kamu dan kalian, yang tak mengerti apa yang sedang terjadi dan kurasa dalam hidupku yang jelas tak berlangsung lama.
            Mari sejenak kita berkaca! Kalau mungkin diantara kita yang belum pernah mengalami masalah pelik, coba pandang ke sekelilingmu! Ups, tunggu dulu… Sekali lagi aku ingin bertanya. Pernah punya  masalah yang sulit dan menggeluti hari-harimu dengan hebatnya? Masalah yang memborgol kaki dan tanganmu untuk bergerak leluasa. Pernah punya? Kalau masalahmu adalah kurang uang saku, diselingkuhi pacar, uang pulsa habis. Itu tak seberapa, kawan! Selidikilah hatimu sendiri! Kapan kamu merasa sangat terpuruk dan merasa tak ada lagi kaki yang bisa menopangmu untuk berdiri?
            Disekelilingku, disekelilingmu, disekeliling kita. Ada begitu banyak orang-orang yang bergumul dengan hebatnya, meronta dengan masalah yang membelenggu kehidupan mereka. Ada yang rumah tangganya terancam tinggal kenangan yang harmonis, ada yang orang tuanya meninggal, ada orang kaya yang jatuh bangkrut begitu saja, ada yang diperkosa dan ditinggalkan tanpa pertanggungjawaban, ada yang sedang berjuang mati-matian menghadapi penyakit kronis, dan masalah-masalah lainnya. Inilah hidup. Keras, menantang, dan licin sekali! Sehingga tak jarang yang salah langkah, lalu jatuh dan… yah sampai tak bisa bangkit dan menata hidup kembali. Entah sudah berapa banyak air mata yang mereka tumpahkan. Entah sudah seberapa lama mereka hidup dengan kepenatan dan kepiluan. Sungguh miris bukan?
            Mari kita bayangkan dengan kehidupan kita, yang serba penuh keluhan, Bukan saja orang lain yang mengeluh tentang kita. Tapi kita juga yang mengeluh. Mengeluh kepada alam, mengeluh kepada apa yang seharusnya tak pantas dikeluhkan. “Aduh, hari ini panas banget ya!,” “Yah, uang jajan aku kok dikurangi sih Ma???” Banyak sekali bucapan-ucapan yang isinya hanya bisa mengkritik. Hanya bisa berkomentar tanpa pernah mengucapkan terimakasih atas apa yang didapat. Tanpa pernah mau mengucap syukur atas apa yang telah diperoleh. Bersyukurlah, Sobat!
            Diluar sana, masih banyak orang-orang yang tak bisa menjalani hidup seperti hidup yang kita jalani saat ini. Diluar sana, ada banyak pihak yang hidupnya tak sebaik hidup yang kita dapat sekarang. Pertanyaannya adalah, apakah kita pernah bersyukur? Jawablah dengan jujur, kawan! Mungkin kita pernah bersyukur, tapi coba kilas balik lagi memori kita masing-masing! Pada umunya kita hanya mengucapkan terimakasih pada-Nya saat kita senang. Saat kita tertawa. Saat kita mendapat apa yang kita mau. Pada saat keterpurukan menyapa dan hadir? Apa pernah kita masih tetap bersyukur dengan masalah yang ada. Dengan hidup yang boleh kita lalui?
            Manusia. Katanya adalah ciptaan-Nya. Ya, benar. Kita adalah ciptaan-Nya. Tapi sudahkah kita berterimakasih dan mengucap doa, serta syukur pada-Nya? Seberapa sering? Jawablah! Pernahkah kita berdoa dan berterimakasih atas berkat nafas kehidupan yang boleh kita hembuskan sampai detik ini ? Seberapa sering? Jawablah!
            Malah, mungkin kita lebih sering menyapa dan berterima kasih kepada sesama kita dengan kata-kata manis. Mengucapkan selamat pagi hampir ke semua kontak yang ada di handphone kita. Menyapa teman-teman kita dengan riangnya. Menyapa dan saling bercerita dengan pasangan kita. Dan kita, masih saja dengan rajinnya berkeluh kesah mengobral cerita tentang hal-hal sepele. Pernahkah kita mengadu pada-Nya? Atau malah meninggalkan dia dan mencari hal-hal duniawi sebagai pelampiasan dan jalan keluar?
            Lihat kerabat-kerabat kita yang diluar sana! Mereka masih kuat dengan apa yang mereka hadapi sekarang. Mereka masih kuat  menyangga tubuh mereka. Berdiri dan tegak menghadapi kemelut masalah yang datang. Tak pernah takut akan ombak yang selalu siap datang menerpa. Tak pernah gentar akan masalah yang dengan sabarnya menunggu giliran untuk masuk ke dalam kehidupan mereka. Mereka masih disana. Berperang bersenjatakan doa dan keyakinan melawan kerasnya hidup yang mereka temui.
            Sementara kita? Melenggak-lenggok seolah kita adalah manusia yang paling benar. Merasa seolah kita sudah lebih baik dari mereka diluar sana. Merasa bahwa hidup kita dan hidup mereka memang sudah sepatutnya demikian. Merasa bahwa kita adalah umat-Nya yang paling setia. Merasa kalau ibadah kita pada-Nya sudah melebihi ibadah mereka kepada-Nya. Lalu kalau memang demikian, sudahkah kita bersyukur hari ini? Sudahkah kita bersyukur atas hari kemarin, dan akan terus bersyukur untuk besok, lusa dan seterusnya?
            Mengapa kita justru lebih memilih terlibat ke dalam emosi duniawi, mengikuti trend yang salah dan mencari pelarian atas masalah yang kita dapat dengan cara yang salah. Pernahkah kita sadar bahwa kita masih hidup sampai sekarang adalah karena anugerah-Nya? Pernahkah terlintas dibenak kita bahwa kita yang sekarang bukanlah diri kita sendiri? Aku dan kamu, dia dan mereka, lahir dengan suatu alasan. Lahir untuk 1 peran yang Tuhan telah siapkan.
Sepelik apapun masalah kita, tak seharusnya kita berdiam diri, meringkuk atau bahkan lari dari masalah. Bukalah hatimu untuk-Nya! Bukalah hatimu untuk mengenal Dia! Kalau kamu kemarin belum mengenal Dia. Tak ada kata terlambat untuk berkenalan dengan-Nya, sobat! Lipat tanganmu, pejamkan matamu, dan tundukkan kepalamu. Lebarkan sajadahmu dan tengadahkanlah tanganmu! Akui kelalaian dan kesengajaan kita yang mengabaikan-Nya! Tuhan kan buka pintu-Nya untukmu.
            Tulisan ini bukan hanya ditujukan untuk kamu. Bukan hanya untuk kalian dan mereka. Tulisan ini juga berlaku buat aku. Tentu saja! Mari buka matamu, dan siaplah terima hidup baru yang lebih baik dari-Nya.

Tuhan menyayangimu, dia, kalian, mereka, dan aku.
Ya, Tuhan mencintai kita.


With Love
Melva :)

Jumat, 11 Mei 2012

Saat Cinta yang Lama Datang


Aku dan kamu telah berbagi kisah, rasa, dan cinta. Mungkin benar jika kita masih belia, masih terlalu muda untuk mengukir cerita seperti yang kita punya dan kita damba.  Kita masih diawal permulaan cerita. Ya, kita masih diujung jalan ini.  

Mungkin kita belum mampu, atau bahkan tak mampu untuk menjelaskan apa yang sudah pernah kita bagi bersama. Mungkin kita tak tahu bagaimana cara menjelaskan apa yang kita punya. Aku dan kamu. Cinta yang muda dengan rasa yang dan kisah yang besar. Kita sama-sama tahu apa yang kita maksud. Ya, kita sama-sama saling mengerti.

Dan sekarang…
            Sebuah cinta yang dulu penuh gelora, yang dulu berkobar ria kembali masuk menerobos diding aku dan kamu. Dia kembali. Saat cinta yang lama datang menyapa… ya, mungkin getar yang redup itu sedikit tersulut dan memercik mencoba memutar ulang kenangan singkat aku dan sosok itu. 

            Dia yang disana tak urung mengucap rindu. Tak jengah mengucap rasa yang dulu pernah ada dibalik sederet tulisan cinta, dibalik segurat kata “sayang.” Rindu kita tak saling menyapa lagi. Rindu kita tak saling ramah dan manis lagi. Itu hanya kisah lalu yang seharusnya terpendam bersama rasa sakit yang sudah lama dia tinggalkan. Rinduku tak ada lagi yang berujung padamu.

            Sekarang dia datang untuk menjemput aku dan berusaha melepas genggaman aku dan kamu. Entahlah,aku tak tau apa yang dia rencanakan. Entah apa yang dia maksudkan kembali saat aku dan kamu sudah saling berpegangan tangan. Sementara saat aku sendiri, dia tak mau walau hanya memalingkan pandangan ke arahku yang bersandar pada tiang kesepian. Malah, dia sepertinya tertawa riang bersama yang lainnya. Bergembira atas luka yang sudah dia tanam dan berbuah pahit yang selalu memenuhi hari-hariku. Entah kenapa sosok gelap itu justru datang sekarang. Seolah mau memperbaiki masalah pelik yang ada. Kemana saja dia kemarin? Jawab tanyaku yang membuat sesak nafas ini!

            Terlambat sudah,cinta lama!
            Saat sederet kata manis dan terkesan tulus itu terbaca oleh 2 bola mata yang sudah berair ini. Seulas senyum miris akhirnya sampai dan merekah dari 2 belah bibir ini. Entah “tulus” yang seperti apa yang dimaksudkan dalam pesan singkat itu. Tulus mencinta, atau malah tulus untuk melukai? Hah, entahlah. Dia memang penuh tanda tanya. Tapi aku tau, tak perlu ku bingung tuk menghadapi hadirnya dia dalam hidupku dan hidupmu,,, ya hidup kita. Tentu saja.

            Aku pernah berlayar dan karam bersamanya. Tunggu,,, apa benar begitu? Ya, mungkin benar. Kuulangi lagi pertanyaan berisi keraguan itu berkali-kali. Mungkin karena aku sudah tak ingin mengingtnya lagi. Benar-benar tak ingin.

            Jengah! Itu yang kurasa tiap deretan kata-kata sok manis itu datang untuk kesekian kalinya. Buat apa dia kembali? Cukuplah rasa itu mengembang saat aku masih terlalu polos untuk mengenal apa yang disebut dengan "C-I-N-T-A". Cukuplah rasa itu hidup saat aku masih terlalu lugu untuk menyadari bahwa dia hanyalah sosok bermulut manis yang pastinya tak ingin kulibatkan lagi dalam hidupku yang baru.

            Sekarang, aku sudah punya kamu.
            Kamu dan dia. Dia yang pertama jadi sosok yang selalu memenuhi inbox hapeku. Lalu, kamu datang saat aku dan dia bukan lagi apa-apa. Kamu jadi sosok baru yang terlibatdalam rutinitas hari-hariku selepas kepergiannya. Kamu yang mampu mengisi ruang kosong dalam hati ini. Itu kamu! Dan hanya kamu!

            Dia, apakah pernah indah dalam hidupku? Mungkin ada beberapa kenangan manis. Tapi, goresan luka itu terbuka lagi dan dengan jelas mengikuti rentetan kenangan rasaku dan rasanya. Luka itu terlalu sakit untuk bisa pulih dan disembuhkan dengan kenangan manis yang tak seberapa.

            Sudah! Aku tak akan pernah berkata “ya” untuknya. Aku tak akan pernah menganggukkan kepala untuk memulai dari 0 bersamanya. Aku tak akan pernah mau dan kembali padanya lalu menjemput dan memanen bulir-bulir air mata dan membiarkan luka yang lebih sakit nantinya yang kan datang untukku. Ya, hanya untukku. Karena aku tau, pribadimu masih sama dengan yang lalu. Meskipun kau berubah dan mau mencinta dengan cara yang mungkin kan tak terduga manisnya. Tapi seperti kataku tadi, aku tak akan kembali menari bersamamu. Aku tak akan menyambut tanganmu...

            Dia dan kamu! Tentu saja aku lebih memilih untuk tetap bertahan bersamamu. Meski raga kita tak bisa bertemu sekarang, meski mataku tak mampu menatap beningnya matamu sekarang. Tapi nanti, besok, lusa, atau entah itu kapan. Aku masih dengan yakin dan akan terus percaya bahwa kita akan bertemu lagi. Menggenggam cinta yang sama. Menjaga dan membiarkannya tumbuh subur dihidupmu dan dihidupku.

            Entah bagaimana nanti akhirnya, entah bagaimanan nanti jadinya aku dan kamu kan berujung. Kita tak tahu akan jadi seperti apa cinta yang sedang kita bangun dan kita pelihara sekarang. Tapi ketahuilah bahwa aku tak pernah menyesal untuk pernah jadi bagian hidupmu. Aku tak akan pernah bosan berharap bahwa kamu adalah labuhan terakhirku.

Ya,,, aku juga tidak pernah bersedih karena menjawab “tidak” untuknya. Aku masih disini, berdiri sendiri, setia menunggumu kembali. Dan itu PASTI!

Saat cinta yang lama datang,
Saat cinta yang dulu kembali,

             Cukuplah dengan kata “tidak” aku menolak. Hanya dengan doa dan harap, semoga dia bisa dapatkan pengganti yang lebih baik dariku. Dan dengan sungguh-sungguh aku meminta, semoga luka yang dulu kau beri untukku adalah luka terakhirmu untuk sosok yang disebut “perempuan.”




Terimakasih. :)

Kamis, 10 Mei 2012

Galauers Masa Kini

Semua manusia yang pernah terlahir dan hidup di dunia pasti pernh menangis. Aku, kamu, dia, mereka,dan kita semua pasti pernah mennagis. Minimal saat lahir ke dunia. Mungkin itulah yang jadi tangisan pertama kita. Tapi tau nggak?      Tangisan pertama kita itu justru merupakan kebahagiaan tersendiri buat orang tua kita.
            Nah,,, kalau sekarang? Kapan sih terakhir kalian menangis? Tadi? Kemasrin? 1 Minggu yang lalu? 1 tahun yang lalu? Atau nggak pernah lagi nangis selain waktu lahir. Well, bisa aja sih , maklum aku pernah denger ada orang yang hanya mau menangis saat dia terlahir ke dunia dan saat nanti ibunya telah tiada. Tapi emosi manusia, siapa yang tahu? Air mata bisa saja jatuh tanpa ada maksud sengaja buat menangis. Ya kan?

*apa hubungannya sih dengan judul di atas?????* #tepukjidatsendiri
Ah udah ah,,, langsung ajaaa…
                                  
                                   Populasi galauers di tanah air beta udah membludak. Dari sabang sampai merauke! Dari pagi sampai pagi. Rasanya “tiada hari tanpa galau.” Entah apa aja deh yang digalau in. Mulai dari belum bayar uang kost an mungkin, uang bulanan yang belum kunjung dating, parfum yang habis, diselingkuhin pacar, PR dan tugas yang numpuk segunung, sms selingkuhan yang dibaca pacar, daaaan lain sebagainya. Itulah fenomena galau yang marak di 2012.
            Terus, kalau udah galau gitu. Ngapain yak? Banyak ritual galau yang dijalani oleh galauers… Penglihatan supranatural aku *halah* memperlihatkan beberapa tingkah dan perilaku kegalauan para remaja-remaja Indonesia. Ada yang selalu ngabsen ke twitter, facebook, atau bahkan kirim sms ke hamper semua ke kontak yang ada di hape. “Aku galau,” “ah galau deh jadinya,” “galau yukk!!” se-ngetrend itukah galau, guys? Sampai ada kata-kata “galau yuuk!!”
            TL di twitter penuh dengan postingan para galauers, notif di facebook penuh dengan postingan galauers ke grup-grup yang diikuti. Tak lupa, berandamu panen status galau. Siang dan malam, hari libur/nggak. Galau nggak pandang bulu. Anak-anak yang baru nginjak bangku Sekolah Dasar juga jadi pecandu kegalauan. Maka laku keraslah RBT dan kaset-kaset Adele dan sejumlah album galau lainnya. *eeaaak*
            Galau itu apa untungnya? Apa ruginya? Yah, jawab sendiri aja deh, Sob! Aku, kamu, Afika, Raisya *iklan kali* mungkin pernah galau. Tapi, penahkah kegalauan itu kita manfaatkaan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat? Pernah nggak sih lewat galau kita berkarya??? Pasti masih sedikit yang bisa berkarya lewat galau.
            Emang karya apa yang dibuat dari perasaan yang disebut dengan “G-A-L-A-U”??? Lagu, puisi, cerpen, artikel sampai menulis diary pun sudah dibilang suatu karya (setidaknya-bantu-kamu-ngungkapin-perasaan-dalam-bentuk-tulisan) yang bisa kamu hasilin dari rutinitas remaja di 2012.
            Haiiii para galauers, mungkin ini yang bisa di share kali ini. Galau emang hak asasi manusia, dan belum ada UU yang melarangnya. Tapi kalau bisa berkarya lewat galau, kenapa nggak kan? Jangan-jangan penyanyi, penulis, atau siapa pun yang kamu kagumi, berkarya lewat kegalauannya. Besar kemungkinannya lho!
            Mari menggalau, lalu berkarya! Jangan cuma galau, lalu peluk guling dan menangis. Jangan cuma ambil tisu seabrek, lalu menangis. Galaulah! Dan menulislah!!!