Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Selasa, 19 Juni 2012

Hari Pertama Di 19 Tahunku…


Well, hari ini adalah ulang tahunku yang ke-19 Tahun yang jatuh pada tanggal 19 Juni 2012. Yaps,,, tepatnya hari ini. Banyak banget yang terjadi hari ini. Kejutan, kekesalan, candaan dan lain sebagainya. Pokoknya berwarna deh!


                Pas tengah malam, beberapa sms masuk ke handphone ku. Dua sms dari teman perempuanku, Reni dan Putri, lalu 1 lagi dari pacarku GUstoni Aritonang. Mereka adalah 3 orang pertama yang member ucapan lewat sms hari ini. Pacarku sendiri, jadi laki-laki pertama yang mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” lewat pesan singkat dan juga telfon. Tengah malam dan dini hari, dia yang selalu memenuhi daftar panggilan tak terjawab dan terkadang kureject. Terimakasih buat kesabaranmu yang selalu setia menemani hembusan nafasku dalam setiap hariku.
                Saat kubukamata dan sadar kalau pagi telah tiba, suaramu menyapa kembali. Hey,,, kekasihku yang setia! Kau masih disana dengan cinta yang sama, dan aku tau itu. Hmmm, okeeey. Lalu? Apa lagi coba? Terdengarlah ketukan pintu rumah, dan suara si Lena. Awalnya sih alesan mau pinjem baju. Eh, ujung-ujungnya sih ketauan. Ada Lega juga, guess what? Mereka bawa kado ulang tahun dan kue buat aku tentunya. *yaiyalaaah* Well, sebenarnya itu Cuma bolu biasa. Roti malah mungkin ya. Ah, apapun itu, itu bukan tart, bukan coklat, dan juga bukan bom. Itu makanan. Dan akhir katabuat menutup kepergian mereka kembali ke rumah masing-masing, I said “Thank you yaa.” :D
                Kado yang dibawa itu bungkusnya warna hijau. Pas dengan warna kesukaan aku. Tapi, yang bungkus kadonya itu si Shinta. Wajar sih, Lena n Lega kan nggak bisa bungkus kado dengan rapi. 8Ups, keceplosan* Hahaha. Isi dari kado itu adalah sepasang sepatu warna abu-abu, dengan ukuran 37. It’s fit on me.
                Nah, kalau nggak salah ya, itu udah jam 7.15. Teringatlaah dibenakku setelah sms Ade. kalau aku ada kelas pronouncation pagi ini. Alhasil, mandi ekspres pun dijalani. Langsung telfon kak Eli. Nanyain dia pergi jam berapa. Gue mao nebeng, cuy! Hahaha. Berhasil deh acara menebeng pagi ini.
                Arrived at campus, udah bela-belain bangun dari tempat tidur, mandi buru-buru, minta antar Bapak ke simpang kuburan, nebeng…Lalu? Tetiba datanglah sms dari sang ketua kelas datang, isinya kegini nih “aku dng Mam reny mNta maf ya, Mam t lupa hr ni qt msuk n dy bblm siap2 ktany . ak jg gak sms ngingatin mam t td mlm.Kirain mam t la ingat kyk biasa . Pagi2 td br ak sms . Ruangn ny jg dr kmrn gak dpt . Upt penuh . Maaf ya.” Format sms yg dikasih dr sang ketua kelas (Sebut saja namanya Febiola-ya karena itu memang namanya). Aseli nggak ada ditambah-tambahin kok, ceman-cemand. :D
                Iyaaak, lalu dan lalu, duduk-duduk lah kita di pendopo dekat FKIP. Masuk translation (pas sebelum masuk kelas rambutku diacak-acak dulu dengan Debora, Fathia, Thata, dan Riri berkali-kali). Kelar dari kelas itu, kita ke kantin buat makan sekalian nungguin jam bahasa Indonesia yang bakalan masuk jam 2 siang. Kita ditraktir Rini, karena beberapa waktu yang lalu dia ultah. Next day, giliran aku lah lagi yang merogoh kocek ber-having fun ria di kantin. Habis dari kantin, kita ke mushala. Tapi, tenang aja… Aku masih ingat apa kepercayaanku. Jadi aku nggak ikutan shalat. Udah dari situ, kembali lah kita duduk-duduk di dekat pendopo FKIP. Udah lama nungguin, kyaaaaa!!! Datang lagh “Kita nggak jadi kuliah.” Jedeeer!!! Padahal kan udah lama gitu ya nungguinnya. Huyuh-huyuh-huyuh.
Iyaaak, dari sinilah tercium kecurigaan yang mendalam. *tsaaaa. Itu tuh, mulai Susi bilang “Melva, ada yang ketinggalan lah.” Helen jalan lama-lama lah. Padahal kan katanya dia mau balik bareng aku tuh,,, dan aku mau cepat-cepat. Dia malah lama-lama. Belum lagi Susi yang ngikutin jalan dari belakang. Padahal kan kost an nya dia itu di Kemajuan. Mungkin deskripsiku membingungkan ya/ Pasti! Lagi malas olahraga jari  berlebih malam ini. Hehehe.. Ah, pokoknya gitu deh.
                Sampe pada klimaksnya, mulai dari FKIP, lewat pertanian, lewat depan bapel.. Aku lari-lari karena ngirain aku bakal dapat lemparan telur-telur dan taburan tepung gratis. Alias diceplokin!!!! Hiiiii,,, aku kan paling malas, dan nggak suka sama yang ginian. Weeek…
                Nah, pas di depan bapel tuh. Tasku berhasil diambil Eka dan dibawa dia n Prima entah kemana entah. Yang jelas uangku ada disitu. Aku kan mau pulang. Kalau aja ada uang yang aku kantongin disaku celanaku, ya pasti aku bakalan balik, dan biarin tas aku sama Eka. Pokoknya takut sama diceplokin. Hmm, sedikit flashback aja, dulu aku sih pernah diceplokin, pas sweet seventeen malah! 17 tahun an ku terhadap diri sendiri… Dan rasanya?? Menyebalkan!!! Sakit lho pas telur itu dipecahin dengan sengaja pake kepala kalian. Belum lagi cairan dari telur itu sendiri yang mengalir jatuh dari kulit kepala kalian. Belum lagi baui amisnya itu. Hiii,, jujur aja. Pas waktu itu aku sampe netesin air mata. Alias nangis.
                Selesai dari bapel, aku masih terus dikejar-kejar. Ya bisa dibilang waktu itu aku kaya’ artis yang lagi dikejar paparazzi, Hahaha… Karena kecapekan dan karena bujukan Reni dan Helen. Akhirnya aku istirahat di lapangan arah mau kebalairung. Aku liat Eka megangin tas aku dikejauhan. Aku coba samperin dia, ninggalin Helen dan Reni. Tapi pas aku mau nyampe tempat Eka… Eh, itu couple (Eka-Prima) malah ngabur lagi dengan bawa tas aku.
Then, pas aku lagi sendirian, aku liatin Susi datang dan ngumpul bareng Helen n Reni. Dia bawa plastik merah dan hitam yang bentuknya sudah aku curigai. Itu tepung. Dan dnegan yakin, aku piker didalam plastic itu ada telur-telur yang siap dilancarkan dan menyerbu aku. YAK YAK YAK.. Aku yang lagi telfonan, spontan matiin telfon, then lari, mencoba menghindar dari mereka. Susi n Eka yang bergerilya lari coba nangkap aku. Nah kalau pas disini, aku udah kaya’ buronan yang dikejar-kejar dengan polisi bersenjata.
Pas dekat bank BRI UNJA, lalu datanglah 2 motor yang dikendarai Ira dan Prima. Disinilah puncak dari segala puncak. Telur pertama diluncurkan dan berhasil mendarat dengan manis (ha?) dikepalaku. Telur yang selanjutnya juga demikian, tapi beruntungnya perlawananku lumayan kuat. Akhirnya telur kedua tersebut jatuh bukan pada sasaran. Entah deh berapa telur yang nggak kena sasaran. Bukan Cuma telur, tepung pun ditabur-taburin ke kepalaku. Susi yang jadi orang yang jadi tempat buat mengelap cairan mentah menjijikan dan mencoba berbagi apa yang aku rasa dengan cara berbagi tepung dengannya. Haahahaha,,, dengan sangat terpaksa (tapi aku sih seneng banget) Susi terkena taburan tepung, dan bau amis telur mentah. Ya , meski akulah yang jadi sumber yang paling mempunyai bau yang memabukkan. Desy, Reni, Helen, Fera, Rini, Ira juga kena sih. Tapi sedikit banget. S-E-D-I-K-I-T!!! Sementara, si Eka udah pulang sama pacarnya.
Udah gitu, air juga dikucurin ke badan aku. Bayangin aja betapa bau amisnya akupada saat itu! Ieuh!!! Ada kue juga dari mereka. Dinyanyiin “Happy Birth day” dengan mereka, ber-make a wish, dan tiup lilin. Nggak lupa photo-photoan dan suap-suapan dengan tampangku yang double hancurnya. Belum lagi orang-orang yang liat melintasi jalan disitu. Komplit lah sudah hura-hura-tak-jelas-ini.
Lalu, setelah dari situ, langsung aja aku n Susi dianter Ira ke kost an nya Susi, n Desy. Desy ntar nyusul. Trip kedua. Hahaha… Sesampainya aku di kost an mereka. Aku liat ada Irma (penghuni kost an juga). Aku mandi disitu, dan pinjam pakaian Susi. Karena baju yang udah kupakai tadi udah bau.
Setelah mandi, kembali lagi dilanjutkan dengan membersihkan dan menyisir rambut. Waaah. Nampaknya banyak banget tepung dan telur yang teraduk dikepalaku.
Setelah itu, aku dianterSusi ke simpang dan pulang. Aku juga dapat kado dari Susi n Desy.Isinya pasaku buka sampai rumah, bingkai yang ada gambar beruangnya, sejenis teddy bear gitu deh. Cantik. Bagus deh!
Well, mungkin Cuma ini yang bisa dibagi. Udah capek juga sih ngetik. Hahaha…
Yang jelas, hari ini berwarna banget. Muali dari inbox hape yang dipenuhi ucapan selamat ulang tahun, kiriman di facebook dan twitter yang padat (Pagi-Malam),kado-kado, kue, da lain sebagainya. Banyak kejutan buat hari ini, Makasih ya teman-teman! Dan yang pasti, makasih Tuhan buat hari ini. :)

Senin, 18 Juni 2012

Menua! Bersyukur? Atau Bersedih?


Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.15… Sebentar lagi, hari akan berganti. Kau tau? Aku besok akan menginjak usia baru. Aku akan berstatus sebagai gadis belia yang berusia 19 tahun. Masihkah aku bisa disebut belia? Hah, entahlah. Yang jelas besok adalah awal baru bagiku untuk memulai hari baru dengan umur yang baru. Ya! Aku menua. Aku juga tau kalau kamu, dia, mereka, dan semua mengalami penuaan! Tak ada yang jadi Peter Pan kan? Yang bisa selalu hidup dan memang selalu ingin hidup jadi anak-anak. Yang tak mau bertumbuh jadi sosok dewasa. Tak ada yang seperti itu dizaman yang kita jejaki sekarang.
            Saat pukul 00.00 malam nanti melaju ke detik dan menit selanjutnya,,,saat 00.01 sudah tertera, aku sudah hidup jadi manusia dengan kapasitas umur yang bertambah. Pada saat itu juga, aku menghirup nafas baru sebagai manusia yang usianya bertambah 1 angka. Dan saat kubuka mata pagi nanti, itu adalah saat pertama aku melihat dengan umurku yang baru.
            Sebenarnya, masalah menua dan penuaan bukanlah masalah pelik, bukan? Tapi, hal yang memang tak bisa kupungkiri dan kusembunyikan kalau aku khawatir dan sedih dengan pertambahan umurku ini. Seharusnya aku bersyukur kan? Aku memang bersyukur buat kesempatan itu. Bersyukur buat penyertaan-Nya yang boleh mengantarkanku jadi manusia yag lebih matang dari segi usia, tentu saja dari sisi kejiwaan terharap dihati.
            Apa ada yang salah dengan bertambahnya usia? Tidak! Justru itu suatu anugrah tentunya. Tidak semua orang yang punya kesempatan untuk mencapai titik 19 tahun. Tapi lagi-lagi, apa kau tau? Beban jadi 19 tahun itu cukup berat. Hidupku yang selama 18 tahun ini harus bisa dirubah lebih baik. Aku tau, selama 18 tahun aku hanya membuang-buang waktu dan kesempatan positif yang bisa aku ambil dan aku pergunakan. Dengan umur 19 tahun, aku diberi kesempatan untuk menata hidupku jadi lebih baik tentunya. Tapi, masih saja, mood buruk tentang penuaan itu masih  bersarang dihati, masih terdekap erat dengan kondisi hati. Entahlah! Kau mungkin boleh sebut aku seorang yang moody an. Ya, ya, ya.
            Sedikit cerita singkat di ulang tahunku yang ke-19 besok. Ini kali pertamanya aku punya kekasih dalam memperingati hari lahirku. Tapi, mungkin agak sedikit miris, karena wajahnya tak dapat kulihat besok hari, di hari ulang tahunku. Hubungan jarak jauh, menjalani hal tersebut memang memberi berbagai hal baru dan mengajarkan tentang arti penantian dan kesabaran.
Buat kamu yang jauh disana, aku masih disini, setia menunggumu kembali. Jarak yang jauh, bukan jadi alasan bagiku untuk meninggalkanmu dan mencari penggantimu. Jarak yang jauh, bukan alasan untuk menyelingkuhimu. Seberapapun masalah kita, sepelik apapun itu, kita masih sama kan? Akan bertahan dan menyesap rasa rindu dan cinta yang sama! Masih dengan 1 komitmen menjaga cinta yang ada!
Menua, sudah seharusnya! Jangankan makhluk hidup, benda mati pun demikian. Juni ini, terpikir olehku berharap ultah ku di skip saja. Rasanya, tanggal 19 Juni besok tak ingin menerima ucapan ulang tahun dari siapapun, tak ingin dapat pernyataan 19 tahun, kecuali dari keluarga dan kekasih. Skip, skip, dan skip. Lewati saja hari itu! Anggap saja itu hari biasa dan tak terjadi apa-apa dengan hidup seorang Melva. Tapi, kita sama-sama tahu. Bukan Cuma kita yang hidup di dunia ini, dan dentang waktu itu terus bergulir maju, dan tak akan pernah terhenti barang sedetik atau terlewat begitu saja karena sesorang hanya ingin melewatkan hari lahirnya dengan perayaan yang tak dirayakan.
Entah dengan perasaan apa harus kujalani hari dimana ku berada sekarang. Entah dengan emosi seperti apa aku harus berada keesokan hari. Bersyukur! Ya, itu kewajibanku. Tapi tetap saja, perasaan yang tak mengenakkan itu ada. Aku bertambah tua. Sudah mampukah aku untuk jadi lebih bijak dan lebih baik? Sementara cermin di 18 tahun hidupku hanya menunjukkan keburukan. Hanya menunjukkan kertas buram yang tak ada celah putihnya. Bijak! Sudah seharusnya kan untuk jadi manusiayang setidaknya dari segi umur mau mengusahakannya. Dan tetap berjalan serta belajar untuk menekuni pelajaran serta arti dari 1 kata yang disebut “hidup.”
Tulisan ini, hanya bentuk kegalauan dan perasaan yang tersirat dari pribadi yang sama sekali tak sempurna.



With Love

Melva :)