Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Sabtu, 14 Juli 2012

Being Secret Admirer

“Hi,,, apa kabar?” “Tadi kamu ke toko buku kan?,” “Mau pergi sama siapa?,” “Apa aja cerita hari ini?” Ah, banyak pertanyaan yang ingin langsung kuucpakan padamu. Namun lagi-lagi ada hal yang membentangiku untuk sekedar menyapamu ringan hari ini. Sejujurnya bukan hanya hari ini. Tapi dari dulu,bahkan mungkin untuk seterusnya ke depan nanti.

Lagi dan lagi, buku diaryku penuh tentang kisahmu. Lagi dan lagi, inbox di hapeku penuh darimu, walau isinya hanya “Ya,” “Thanks ya,” “Siip,” “Ok,” dan pesan-pesan lainnya, yang isinya tak jauh berbeda dari itu. Mungkin kau tak tahu kan betapa berharganya 1 sms mu. Walau sekedar menanyakan “Tugas kemarin kapan dikumpul?,” “Ada PR nggak?” 

Aku selalu setia menunggu sms mu. Dan aku tak pernah jengah walau kau tak sadar bahwa sedang dirindukan olehku, pengagummu. Lagi dan lagi, namamu tak pernah lepas dalam setiap doaku. Kau pasti tak tahu kan tentang doakuatau curhatanku yang selalu kukirimkan buat Tuhan tiap harinya. Menyenangkan rasanya saat pagi hari bisa melihatmu tersenyum, meski kau tersenyum untuk yang lain. Adalah anugrah rasanya, bisa mendapat tegur sapaan hangatmu  walau jelas kau tak hanya menyapaku. Adalah kebahagiaan saat bisa mengamatimu dari jau. Kau, lebih dari indah. Aku tak pernah lelah, aku tak pernah lelah.

Entah kau yang terlalu tak peka? Atau aku yang terlalu pengecut untuk berkata? Kita berada dalam lingkup yang sama. Seharusnya kau sudah bisa membaca apa yang aku rasa. Tapi tunggu, apa aku terlalu ahli dalam menutupi rasa ini? Sepertinya tidak. Peluhku sering mengucur deras saat harus berbicara lebih dari 1 kalimat denganmu. Tanganku selalu gemetar saat memberikan buku catatan yang hendak kau pinjam. Lututku seolah tak mampu menopangku berdiri saat berhadapan denganmu. Dan aku selalu gugup saat mata kita saling bertemu pandang secara tidak sengaja. Sejujurnya lebih dari gugup. Rasanya suhu disekitarku meningkat 100x lipat. Sensasi yang luar biasa. Terserah kalian mau anggap apa. Tapi itu nyata. Jantungku rasanya ingin melompat dari tempatnya. Aku jatuh cinta.

Sebut saja aku pengecut, yang bisa angkat bicara soal rasa lewat tulisan. Sebut saja aku pengecut, yang tak pernah berani mengucap apa yang kurasa. Terserah. Aku tak peduli. Selama tak ada yang terugi. Selama aku menyukai untuk seperti ini. Aku akan jalani apa yang aku mau. 

Secret admirer. You can call me with that name. What do you think about this kind of status? Well, I think secret admirer is the person who volunteers to adore someone without being selfish. Without any feeling to get much payback for his/her love. Without known by the person that she/he’s admiring. It's me.

Sulit ya? Mungkin begitu, Tapi kujalani itu dengan ikhlas, seikhlas-iklasnya. Aku tak menginginkan ada seorang pun yang tahu kalau aku mengaguminya selama ini. Hanya Tuhan yang tahu sampai sejauh ini.Kapan kulepas status “Pengagum Rahasia” dari jati diriku? Entah. Kutunggu kau sampai peka. Kalau kau tak peka juga? Ya, sudahlah. Aku bukan pejuang cinta yang bisa diandalkan. Masih terlalu takut untuk mengangkatnya ke permukaan. Terlalu sulit untuk mengucapkan “Aku,,, suka kamu” untukmu.

Biar saja kusandang status ini sampai pada akhirnya. Kalaupun kita tak berujung untuk bersatu. Aku tak menyesali diriku. Tak apa bagiku melihatmu bahagia walau tak denganku. Asal kau masih bisa menghasilkan senyum yang bisa menghiasi hariku. Asal kau masih ada dalam hariku. Atau, paling tidak asal kau masih ada dalam benakku.

Tapi, perkara yang sama. Semoga kau peka. Aku meminta dalam doa. Dan aku mengharapkannya. Berharap kau tahu apa yang aku rasa. To wait for you? Nothing to lose.           

 Loving you is not hard. But to be with you? It seems so hard. I have mouth, but I can’t speak what I want. Pliss understand!


Your true secret admirer. :)

Jumat, 13 Juli 2012

Feels So Good To Be With You


Aku masih ingat hari dimana kita bertemu. Hari dimana pertama kalinya aku bisa dibilang mengenalmu. Masih kuingat peci hitam yang kau kenakan malam itu. Dan aku tentu saja masih ingat dengan baju tidur warna hijauku. Lucu bukan? Pertemuan pertama kita tak seperti mereka yang lainnya. Kita lucu? Konyol? Ah, apapun itu, aku menyukaimu.

Mungkin sebelum kita sempat berjabat tangan di malam yang itu. Rasa penasaran adalah rasa yang paling membelenggu semenjak kita menyapa walau tanpa tatap muka setengah tahun sebelumnya. Lama rasanya untuk menunggu pertemuan itu kan? Sementara kita pasti sudah bisa mengecap rasa yang menjangkit hati kita. Kita seolah dikejar-kejar deadline untuk segera bertemu dan saling menyergah dengan seruan “Apa kita bisa bicara sebentar?”

Malam itu, masih tak bisa terlupa. Semuanya berjalan biasa. Tapi, rasa yang ditimbulkan tidak biasa. Nyaman. Damai. Bahagia. Sungguh menyenangkan. Kamu berperan jadi teman, abang, bapak, dan (calon) pacar, bahkan mungkin (calon) pasangan seumur hidup waktu itu. Tak banyak yang bisa kita ungkap untuk memulai terlalu jauh. Tapi lagi-lagi, kita sudah sama-sama tahu. Ada kisah yang pasti kita inginkan untuk di raih.Lebih tepatnya kisah yang sama yang kita sama-sama inginkan untuk terjadi.

Singkat. Pertemuan kita singkat dan hanya berlangsung beberapa kali saja. Tapi bisa kita pastikan bahwa itu bukan cinta monyet. Kita sudah kenal sejak lama, walau tanpa tatap muka kan? Toh, rupa fisik bukanlah prioritas kita untuk bersama dan merasa nyaman. Kita punyahal yang jauh lebih berharga dari itu. Perhatian dan rasa sayang. Dua hal yang tak bisa terasa sama walau ada orang lain yang ingin memeberinya cuma-cuma. Kita hanya mau kita. Kita hanya mau apa yang dari kita. Bukan dari dia, atau dari mereka yang lainnya.

Selanjutnya, rasa yang kita tahan semakin menggebu dan makin berkembang. Hingga saatnya tak mampu lagi tuk di pendam. Kita saling menggenggam dan melayangkan pandangan ke masa depan.

Dan sekarang...

Kita punya kepastian hubungan, walau belum ada kepastian tuk di masa mendatang.
Aku tahu kita pasti mau mengusahakannya.
Tertawa, menangis, suka, duka, pahit dan manisnya hidup akan kita jalani bersama.
When we are together, everything will be so fine, n we’re going to make it absolutely fine, right?
Tak ada salah untuk bermimpi, selagi ingat untuk bangun kan?
Entah bagaimana nanti akhirnya, apapun hasil skenarionya…
Saat ini semua terasa menyenangkan.


It feels so good when I can lay down my head on your shoulder.
Nothing’s going wrong when our hearts do not far apart.
I feel so good to be with you.

Thanks.

Rasa Sehabis Senja


Dinginnya malam menyulut api rindu
Rindu yang tak tahu kemana kan dituju
Merindumu yang dulu
Cuma masa lalu

            Tawaku reda, tangisku tiba
            Sulit rasanya, hatipun iba
            Cinta hilang, berganti duka
            Payah rasanya, hati terluka

Biar malam kan gembira
Biar angin yang tertawa
Melihat daku sengsara
Berduka di rindu yang berfatwa

            Biar kupakai selimut ini
            Selimut rindu yang jadi bukti
            Apa kau masih disana berdiri?
            Apa kau ada tuk menanti?

Ah,
Tanyaku tak pernah kau jawab
Dan aku tak tahu apa yang jadi sebab
Biarlah aku meratap.
Dalam rasa di malam gelap.

Kamis, 12 Juli 2012

Cerita Sebelum CINTA


Sebelum kita saling menyapa, sebelum kita kenal satu sama lain. Kamu masih sosok yang ‘sama’ kan? Yang setiap harinya kerap mengundang perhatian perempuan mana pun untuk focus kepadamu. Kamu masih di sosok itu. Yang memandang perempuan, hanya sejauh paras dan raga. Benar begitu bukan? Itu kamu dulu. Kamu yang sebelum bertemu aku.

Bukan merasa terlalu percaya diri atau apa. Bukan merasa sok hebat atau apa. Entahlah bagaimana melukiskannya. Saat aku dan kamu mulai bicara, saat hati kita mulai terbuka. Ya, semua sepertinya tak lagi sama.

Kamu datang dengan membawa senyuman baru buatku. Kamu berhasil menggantikan tempatnya yang pernah mengisi hatiku. Kamu mengisi kekosongan yang ada. Kamu mampu mengubur luka lama. Kamu hadir dengan tawa gembira. Namun terkadang membawa kesal saat kamu dekat dengan yang lainnya. Entahlah. Kita waktu itu belum ada status. Kita hanya teman. Teman dekat mungkin. Atau abang-adik yang sangat akrab.

Hari-hariku tak lepas dari kamu. Tak jarang kita berbagi cerita dan masalah yang ada. Nyaman, dan damai. Mungkin itu adalah dua kata yang mampu menggambarkan komunikasi kita. Seolah saja kita mengerti dan paham apa yang harus kita ucap dan perbuat dalam setiap detik, menit, hari, minggu, bulan, dan waktu yang berbeda.

Kamu bilang, adanya aku buat hidupmu jadi lebih berwarna. Kita waktu itu (masih) belum punya status yang jelas. Tapi kita bisa merasakan kecemburuan yang ada saat diantara kita dekat dengan sosok lain. Susah bagaimana menjelaskannya. Mungkin disaat itulah rasa yang disebut “sayang” hadir di antara kita.
 
Sehari tanpa perhatian atau komunikasi dariku mungkin membuatmu berhasil mencapai klimaks kegalauan. Satu hari bertengkar denganmu? Merubah moodku yang ceria, berubah jadi 180 drajat berbeda. Ya, itu tanda-tanda ada rasa yang ingin diraih. Kita butuh status yang lebih. Kita butuh kejelasan.

Bukan hanya 1 Minggu kita bicara tanpa tatap muka. Bukan juga 1 bulan. Bukan 5 bulan. Ah, panjang rasanya. Itu sebuah long distance relationship. Tapi jelas saja waktu itu, relationshipnya bukan “aku dan kamu pacaran.” Mungkin itulah masa pendekatan kita. Masa pendekatan yang rumit. Cerita kita terbagi kemana-mana. Tak jarang kita seperti sepasang kekasih yang bertengkar tapi tanpa ada bubuhan kata “pacar.” Tak jarang juga kita tersenyum seperti merindu kekasih, walau status itu belum ada. Kamu dan aku, ya… Kita sama-sama mengerti bukan?

Mungkin… Tuhan mengirimku untuk membuka mata hati dan pikiranmu mengenai sosok yang disebut dengan perempuan. Perempuan tak hanya sebatas “fisik.” Sekarang, kamu sudah tau rasa dan bedanya kan? Bahwa kasih sayang dan perhatian itu bisa melebihi raga. Bahkan kamu pasti sudah mengerti, bahwa kedua hal itu bisa mengalahkan faktor “fisik” yang dulu kulihat sebagai pertimbanganmu yang pertama.

Semoga,,, aku bukan hanya sebagai alat penyadarmu. Tapi juga sekaligus sebagai pasanganmu mulai sekarang sampai seterusnya. Tak ada salahnya berharap dan berusaha bukan? Love will find a way. :)



Melva :)

Jumat, 06 Juli 2012

Jangan Menyerah, Kawan-kawan!


Dedicated for: My lovely two close friends.
            Tahun lalu, aku sama dengan kalian. Pernah menghadapi rasanya duduk dibangku dengan waktu yang terbatas untuk menyelesaikan ratusan soal SNMPTN. Ujian yang memegang peranan penting dalam penentu masa depan. Aku bergerilya disana. Mencoba merangkak, meraba, membaca dan menerawang jawaban dari keterbatasaku. Akhir Juni tahun lalu, aku dinyatakan lulus. Air mata bahagia yang kutunggu-tunggu tercapai jua. Dan sekarang, aku berkuliah di universitas negeri setempat. Jujur saja, aku bersyukur!
Kemudian…
            Tahun ini, gilira kalian, 2 teman sepermainanku, dan jutaan peserta lainnya… Juga mengikuti SNMPTN. Kalian, 2 temanku, belajar dengan tanpa mengenal lelah. Pagi-Malam ikut menghadapi kelas bimbel yang jadi tempat mempersiapkandiri. Belum lagi mataku yang sering melihat kalian membaca buku di rumah. Usaha kalian, membuatku bangga. Dan sedikit membuatku minder. Sebab, tahun lalu, aku tak ada seambisius dan semaksimal kalian dalam mempersiapkan diri. Salut.
            Hari SNMPTN pun tiba, dengan berbekal doa restu dan senjata ilmu yang kalian punya. Kalian merayapi soal-soal SNMPTN tersebut dengan perlahan. Satu demi satu pun terisi. Bagiku, kalian sudah melakukan yang terbaik. Kalain sudah melakukan apa yang jadi bagian kalian. Mungkin hanya 1 kalimat yang bisa kukatakan pada kalian. “I’m being proud of you, girls.”
            Lalu, hari-hari pun berlalu. Malam yang dinanti-nanti pun tiba. Pengumuman mengenai anak bangsa. Kemanakah cita-citanya? Akankah ada lampu hijau? Atau malah harus terhenti? Memang bukan aku yang mengikuti SNMPTN. Tapi kau tahu, aku sama gugupnya menanti hasilnya. Dua teman baikku sedari kecil, masa depan mereka tertera di layar komputer yang besarnya tak seberapa. Masa depan mereka hanya tergantung pada 2 pilihan. “Diterima,” atau “Tidak Diterima.” Aku gugup. Kulihat wajah kalian tak terlepas dari cemas., Jari-jari kalian mendingin seperti batu es. Lutut kalian mulai tak seimbang untuk menopang berjalan.
            Beberapa menit sebelum pengumuman, doa telah kita panjatkan. Kita telah percayakan apa yang keluar nanti adalah hasil yang terbaik. Kita yakin itu. Amiin.
            Aku jadi saksi cerita pengumuman SNMPTN kalian. Aku yang  mengetikkan nomor peserta, tanggal lahir dan mencocokkan kode verifikasi kalian. Ada 3 pasang bola mata yang tak ingin berkedip saat melihatnya.
            Tapi, saat lembaran pengumuman tersebut mulai tampak semua. Apa kau tahu hasilnya? Entahlah! Apa yang salah? Apa yang Tuhan rencanakan bagi mereka. Kata “Tidak Diterima” itu dengan warna hitam tebalnya terpampang untuk masing-masing mereka berdua. Sungguh, aku saja yang hanya teman mereka merasa terpukul. Kukira mereka tak pantas untuk itu. Mereka itu… Ah… Aku bertanya-tanya.
            Butiran dan tetes air mata pun mulai mengalir.Wajah yang tadinya penuh semangat berubah jadi wajah yang dingin, diam, tak ingin bicara banyak. Aku hanya bisa memberikan puk-puk pada kalian. Masih belum terima mungkin. Masih bertanya-tanya. Aku tak percaya.
Aku tahu, malam itu mungkin jadi malam tergalau buat kalian. Malam dimana kalian mungkin lebih senang menyendiri dan berbagi cerita ditemani guling yang erat kalian peluk.
            Inilah yang tak kita tahu, dan tak pernah kita tahu. Tuhan masih punya jalan lain. Tuhan sudah mempersiapkan masa depan kita. Apa yang Tuhan mau, jauh lebih indah dari apa yang kita inginkan. Ada jalan dan selalu ada jalan dari-Nya untuk mereka yang mau berusaha.

Jangan menyerah kawan! Selagi lututmu masih sanggup untuk berdiri, jangan rebahkan badanmu pasrah!
Selagi kau masih punya mulut, jangan bilang “tidak” sebelum ada usaha.
Masih ada jalur lain. Masih  ada kesempatan.
Ya, masih ada jalan.
Kuatkan hatimu, teman.
Aku sayang kalian.
            Tuhan, kutitipkan 2 teman baikku pada-Mu. Apa pun yang jadi keputusannya. Aku tahu, itu tak lepas dari campurtangan-Mu. Hapuslah air mata mereka! Gantilah hal itu jadi tangisan kebahagiaan nantinya. Aku percaya pada-Mu. Rencana-Mu indah pada waktunya. Terimakasih Tuhan. Amin.


Melva :)

Rabu, 04 Juli 2012

Masih dengan Sosok yang Sama


Kemarin, pagi ini, esok, lusa dan seterusnya, mungkin aku akan tetap dan aku masih akan mengagumi sosok yang sama. Aku masih memperhatikannya. Dan aku kembali jatuh cinta pada orang yang sama setiap harinya. Meski ragamu dan ragaku tak saling bertemu. Meski tangan kita tak mampu saling menggenggam. Meski rindu yang datang sering menyerang dan membuat sakit. Meski rasa cemburu kadang terbersit, namun aku masih menunggumu kembali dari sana. Dari tempat yang tak kan mungkin kujangkau saat ini. Ya, alasannya hanya satu, yaitu “jarak.”
            Apa ini yang dinamakan jarak? Membuat batinku sering menangis sebelum tertidur. Bahkan sakitnya rinduku padamu sering terbawa dalam mimpiku. Tapi apa kau tau? Rindu yang menjalar ini sebetulnya membuat bangga. Meski itu sakit, setidaknya aku mengerti bahwa rasaku padamu memang benar adanya. Tak jarang kita berselisih, tapi apa lagi-lagi kau tahu? Bahwa rindu ini masih setia hanya tertuju padamu.
            Dibalik kecurigaanmu, hatiku sering sakit. Bukan karena apa-apa. Aku tau kau memang menyayangiku, dan aku tau bahwa aku lah satu-satunya orang yang kau inginkan. Ya kan? Tapi setiap kecemburuanmu datang dengan kadar yang berlebihan, tak jarang hatiku bergumam dan bertanya: “Apakah aku sudah tak dipercayai lagi?”
            Seharusnya kau tak perlu takut. Kau tak perlu cemas. Aku masih mengecap cinta yang sama. Aku masih menggenggam sayang yang sama. Tak pernah terpikir olehku untukku menambah koleksi atau membuat daftar pacar baru. Tak pernah terpikir olehku untuk mencari penggantimu, atau mencari tempat pelampiasan rindu kepada yang lain. Aku cuma mau 1. Tentu saja kau tau siapa itu, ya itu kamu. Cuma kamu. Asal kau tau, aku tak akan yakin untuk menjalani sebuah hubungan dengan yang lain. Aku tak akan pernah seyakin ini untuk punya status “pacaran” atau lebih nantinya, kalau bukan denganmu.
                Sampai nafasku tercekat, masih saja kau sering tumpahkan rasa cemburumu padaku dengan tak ada habis-habisnya. Mungkin kau hanya terlalu sayang. Tapi apa sampai begitu? Mungkin itu cuma bentuk proses pendewasaan yang sedang di asah. Kutunggu hasilnya ya, pacarku.
                Aku tak tau apa yang sedang kau lakukan disana sekarang. Ini memang sudah hampir larut malam saat kutuliskan deret kata-kata perasaan ini. Aku pikir mungkin kau sedang tertidur lelap disana. Kau terlalu lelah jalani rutinitasmu disana. Atau… kau mulai lelah jalani hubungan yang kau punya denganku sekarang? Kau mulai mengambil jarak denganku yang selalu membuatmu merasa tersiksa dan kecewa atas tingkahku yang sama sekali menyebalkan?
                Tak banyak yang bisa kukatakan. “Maaf,” mungkin cuma itu yang bisa dan selalu bisa kuucapkan padamu. Mungkin matamu sudah terlalu bosan membaca pesan singkatku yang isinya hanya minta maaf. Mungkin telingamu sudah jenuh mendengar kata itu berulang-ulang kali saat kita berkomunikasi lewat telfon. Dan bahkan kau mungkin sudah jengah saat kata itu kuucapkan langsung padamu saat kita bertemu. Sekembalinya nanti kau dari sana, mungkin, bukan mungkin lagi, tapi pasti… Kata “maaf” itu akan ada lagi buatmu.
                Aku masih setia menunggumu.



Gud Nite.

Melva