Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Rabu, 18 Juni 2014

Aku Benci Untuk Terjaga

Aku benci untuk terjaga.
Kau tau kenapa?
Saat aku terjaga, selalu ada atmosfer yang melingkupiku untuk mengingatmu. Ya, memang kamu tak mengenal waktu untuk ada dalam benakku. Tapi saatku terjaga, kau lebih nyata untukku. Selalu ada hal yang membuatku mengingatmu. Aku juga tak tau kenapa. Tak tau kenapa kamu jadi sosok yang paling susah untuk aku lupakan dalam perjalanan hidupku.
Mengapa kamu?

Aku benci untuk terjaga.
Lagi, kau tau kenapa?
Malam selalu membawa sosokmu dalam dinginnya udara yang melewati sela-sela daun jendela kamarku yang kecoklatan. Aku selalu punya waktu untuk membiarkan diriku disayati rasa sakit. Aku selalu sempat membiarkan diriku merasa tercabik-cabik kenangan masa lalu yang teramat manis namun hanya sebentar saja berlangsung.
Mengapa kamu?

Teruntuk kamu, masa lalu yang tak mungkin pernah kembali.
Rasanya aku mencintai sosok yang sudah tidak lagi ada.
Namun cinta ini selalu tersimpan dalam-dalam dalam hati seorang gadis belia yang dulu pernah sangat amat kau cinta. Ini menyakitiku? Memang. Tapi inilah aku, yang belum bisa melupakanmu.

Apa yang kulakukan?
Aku terbiasa menutup kisah kita dengan yang lain. Berpura-pura perpisahan kita adalah hal yang normal tanpa sesuatu yang mengganjal.
Maksudku, aku terus berusaha membuat jika perpisahan kita adalah cerita biasa seperti yang terjadi pada mereka yang pun terpisah karena hal-hal yang biasa. Perasaan ketidakcocokkan, merasa tak pantas untuk yang lain dan sebagainya. Kau bingung? Pun demikian aku.

Kita mungkin teramat manis untuk bisa jadi nyata (lagi).
Aku hanya tak ingin menunjukkan kelemahanku tanpamu didepan mereka. Meski kurasa kau tau betul apa yang terjadi denganku dan malam disaat aku terjaga.

Ya, kau bisa bilang jika aku sedang membohongi diriku sendiri.
Berpura-pura kalau aku sedang baik-baik saja. Berpura-pura bahwa aku menerima dan rela melihat bagian hidupmu yang baru menggamit lengan yang dulu kugamit. Berpura baik-baik saja melihatmu dengan dia, penggantiku yang baru saja akan kau jelang.
Benarkah dia akan menjadi penggantiku?

Terimakasih untuk kata “sayang” yang telah kau ucapkan.
Aku mundur dan mengalah untuk kebahagiaan dia, penggantiku.
Juga untukmu, cinta.

Terimakasih untuk selalu hadir dalam keterjagaanku setiap malam.
Terimakasih untuk terus menyakitiku dalam malam-malamku yang panjang dengan mata yang tak terlelap.

Aku benci untuk terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar