Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.15…
Sebentar lagi, hari akan berganti. Kau tau? Aku besok akan menginjak usia baru.
Aku akan berstatus sebagai gadis belia yang berusia 19 tahun. Masihkah aku bisa
disebut belia? Hah, entahlah. Yang jelas besok adalah awal baru bagiku untuk
memulai hari baru dengan umur yang baru. Ya! Aku menua. Aku juga tau kalau
kamu, dia, mereka, dan semua mengalami penuaan! Tak ada yang jadi Peter Pan
kan? Yang bisa selalu hidup dan memang selalu ingin hidup jadi anak-anak. Yang
tak mau bertumbuh jadi sosok dewasa. Tak ada yang seperti itu dizaman yang kita
jejaki sekarang.
Saat
pukul 00.00 malam nanti melaju ke detik dan menit selanjutnya,,,saat 00.01
sudah tertera, aku sudah hidup jadi manusia dengan kapasitas umur yang
bertambah. Pada saat itu juga, aku menghirup nafas baru sebagai manusia yang
usianya bertambah 1 angka. Dan saat kubuka mata pagi nanti, itu adalah saat
pertama aku melihat dengan umurku yang baru.
Sebenarnya,
masalah menua dan penuaan bukanlah masalah pelik, bukan? Tapi, hal yang memang
tak bisa kupungkiri dan kusembunyikan kalau aku khawatir dan sedih dengan
pertambahan umurku ini. Seharusnya aku bersyukur kan? Aku memang bersyukur buat
kesempatan itu. Bersyukur buat penyertaan-Nya yang boleh mengantarkanku jadi
manusia yag lebih matang dari segi usia, tentu saja dari sisi kejiwaan terharap
dihati.
Apa
ada yang salah dengan bertambahnya usia? Tidak! Justru itu suatu anugrah
tentunya. Tidak semua orang yang punya kesempatan untuk mencapai titik 19
tahun. Tapi lagi-lagi, apa kau tau? Beban jadi 19 tahun itu cukup berat.
Hidupku yang selama 18 tahun ini harus bisa dirubah lebih baik. Aku tau, selama
18 tahun aku hanya membuang-buang waktu dan kesempatan positif yang bisa aku ambil
dan aku pergunakan. Dengan umur 19 tahun, aku diberi kesempatan untuk menata
hidupku jadi lebih baik tentunya. Tapi, masih saja, mood buruk tentang penuaan itu masih bersarang dihati, masih terdekap erat dengan
kondisi hati. Entahlah! Kau mungkin boleh sebut aku seorang yang moody an. Ya,
ya, ya.
Sedikit
cerita singkat di ulang tahunku yang ke-19 besok. Ini kali pertamanya aku punya
kekasih dalam memperingati hari lahirku. Tapi, mungkin agak sedikit miris,
karena wajahnya tak dapat kulihat besok hari, di hari ulang tahunku. Hubungan
jarak jauh, menjalani hal tersebut memang memberi berbagai hal baru dan
mengajarkan tentang arti penantian dan kesabaran.
Buat kamu yang jauh
disana, aku masih disini, setia menunggumu kembali. Jarak yang jauh, bukan jadi
alasan bagiku untuk meninggalkanmu dan mencari penggantimu. Jarak yang jauh,
bukan alasan untuk menyelingkuhimu. Seberapapun masalah kita, sepelik apapun
itu, kita masih sama kan? Akan bertahan dan menyesap rasa rindu dan cinta yang
sama! Masih dengan 1 komitmen menjaga cinta yang ada!
Menua, sudah
seharusnya! Jangankan makhluk hidup, benda mati pun demikian. Juni ini,
terpikir olehku berharap ultah ku di skip
saja. Rasanya, tanggal 19 Juni besok tak ingin menerima ucapan ulang tahun
dari siapapun, tak ingin dapat pernyataan 19 tahun, kecuali dari keluarga dan
kekasih. Skip, skip, dan skip. Lewati
saja hari itu! Anggap saja itu hari biasa dan tak terjadi apa-apa dengan hidup
seorang Melva. Tapi, kita sama-sama tahu. Bukan Cuma kita yang hidup di dunia
ini, dan dentang waktu itu terus bergulir maju, dan tak akan pernah terhenti
barang sedetik atau terlewat begitu saja karena sesorang hanya ingin melewatkan
hari lahirnya dengan perayaan yang tak dirayakan.
Entah dengan perasaan
apa harus kujalani hari dimana ku berada sekarang. Entah dengan emosi seperti
apa aku harus berada keesokan hari. Bersyukur! Ya, itu kewajibanku. Tapi tetap
saja, perasaan yang tak mengenakkan itu ada. Aku bertambah tua. Sudah mampukah
aku untuk jadi lebih bijak dan lebih baik? Sementara cermin di 18 tahun hidupku
hanya menunjukkan keburukan. Hanya menunjukkan kertas buram yang tak ada celah
putihnya. Bijak! Sudah seharusnya kan untuk jadi manusiayang setidaknya dari
segi umur mau mengusahakannya. Dan tetap berjalan serta belajar untuk menekuni
pelajaran serta arti dari 1 kata yang disebut “hidup.”
Tulisan ini, hanya
bentuk kegalauan dan perasaan yang tersirat dari pribadi yang sama sekali tak
sempurna.
With Love
Melva :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar