Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Senin, 18 Juni 2012

Menua! Bersyukur? Atau Bersedih?


Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.15… Sebentar lagi, hari akan berganti. Kau tau? Aku besok akan menginjak usia baru. Aku akan berstatus sebagai gadis belia yang berusia 19 tahun. Masihkah aku bisa disebut belia? Hah, entahlah. Yang jelas besok adalah awal baru bagiku untuk memulai hari baru dengan umur yang baru. Ya! Aku menua. Aku juga tau kalau kamu, dia, mereka, dan semua mengalami penuaan! Tak ada yang jadi Peter Pan kan? Yang bisa selalu hidup dan memang selalu ingin hidup jadi anak-anak. Yang tak mau bertumbuh jadi sosok dewasa. Tak ada yang seperti itu dizaman yang kita jejaki sekarang.
            Saat pukul 00.00 malam nanti melaju ke detik dan menit selanjutnya,,,saat 00.01 sudah tertera, aku sudah hidup jadi manusia dengan kapasitas umur yang bertambah. Pada saat itu juga, aku menghirup nafas baru sebagai manusia yang usianya bertambah 1 angka. Dan saat kubuka mata pagi nanti, itu adalah saat pertama aku melihat dengan umurku yang baru.
            Sebenarnya, masalah menua dan penuaan bukanlah masalah pelik, bukan? Tapi, hal yang memang tak bisa kupungkiri dan kusembunyikan kalau aku khawatir dan sedih dengan pertambahan umurku ini. Seharusnya aku bersyukur kan? Aku memang bersyukur buat kesempatan itu. Bersyukur buat penyertaan-Nya yang boleh mengantarkanku jadi manusia yag lebih matang dari segi usia, tentu saja dari sisi kejiwaan terharap dihati.
            Apa ada yang salah dengan bertambahnya usia? Tidak! Justru itu suatu anugrah tentunya. Tidak semua orang yang punya kesempatan untuk mencapai titik 19 tahun. Tapi lagi-lagi, apa kau tau? Beban jadi 19 tahun itu cukup berat. Hidupku yang selama 18 tahun ini harus bisa dirubah lebih baik. Aku tau, selama 18 tahun aku hanya membuang-buang waktu dan kesempatan positif yang bisa aku ambil dan aku pergunakan. Dengan umur 19 tahun, aku diberi kesempatan untuk menata hidupku jadi lebih baik tentunya. Tapi, masih saja, mood buruk tentang penuaan itu masih  bersarang dihati, masih terdekap erat dengan kondisi hati. Entahlah! Kau mungkin boleh sebut aku seorang yang moody an. Ya, ya, ya.
            Sedikit cerita singkat di ulang tahunku yang ke-19 besok. Ini kali pertamanya aku punya kekasih dalam memperingati hari lahirku. Tapi, mungkin agak sedikit miris, karena wajahnya tak dapat kulihat besok hari, di hari ulang tahunku. Hubungan jarak jauh, menjalani hal tersebut memang memberi berbagai hal baru dan mengajarkan tentang arti penantian dan kesabaran.
Buat kamu yang jauh disana, aku masih disini, setia menunggumu kembali. Jarak yang jauh, bukan jadi alasan bagiku untuk meninggalkanmu dan mencari penggantimu. Jarak yang jauh, bukan alasan untuk menyelingkuhimu. Seberapapun masalah kita, sepelik apapun itu, kita masih sama kan? Akan bertahan dan menyesap rasa rindu dan cinta yang sama! Masih dengan 1 komitmen menjaga cinta yang ada!
Menua, sudah seharusnya! Jangankan makhluk hidup, benda mati pun demikian. Juni ini, terpikir olehku berharap ultah ku di skip saja. Rasanya, tanggal 19 Juni besok tak ingin menerima ucapan ulang tahun dari siapapun, tak ingin dapat pernyataan 19 tahun, kecuali dari keluarga dan kekasih. Skip, skip, dan skip. Lewati saja hari itu! Anggap saja itu hari biasa dan tak terjadi apa-apa dengan hidup seorang Melva. Tapi, kita sama-sama tahu. Bukan Cuma kita yang hidup di dunia ini, dan dentang waktu itu terus bergulir maju, dan tak akan pernah terhenti barang sedetik atau terlewat begitu saja karena sesorang hanya ingin melewatkan hari lahirnya dengan perayaan yang tak dirayakan.
Entah dengan perasaan apa harus kujalani hari dimana ku berada sekarang. Entah dengan emosi seperti apa aku harus berada keesokan hari. Bersyukur! Ya, itu kewajibanku. Tapi tetap saja, perasaan yang tak mengenakkan itu ada. Aku bertambah tua. Sudah mampukah aku untuk jadi lebih bijak dan lebih baik? Sementara cermin di 18 tahun hidupku hanya menunjukkan keburukan. Hanya menunjukkan kertas buram yang tak ada celah putihnya. Bijak! Sudah seharusnya kan untuk jadi manusiayang setidaknya dari segi umur mau mengusahakannya. Dan tetap berjalan serta belajar untuk menekuni pelajaran serta arti dari 1 kata yang disebut “hidup.”
Tulisan ini, hanya bentuk kegalauan dan perasaan yang tersirat dari pribadi yang sama sekali tak sempurna.



With Love

Melva :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar