Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Minggu, 09 Maret 2014

Dua Puluh Hari Setelah Kepergianmu

Aku menjamu pagiku dengan senyum malas (lagi). Hari ini adalah hari ke-20 setelah aku berganti status yang biasanya ada dihatimu, lalu diganti dengan harapan semu. Singkatnya, aku tanpamu. Sudah 20 hari kata “pisah” dan “putus” serta “single” itu berdiam di hati dan pikiranku.

Aku tau, aku bukan hanya menginginkan status “in relationship” denganmu. Aku tau, yang kukejar bukanlah sekedar merk “berpacaran” denganmu. Aku… aku hanya ingin aku ada dihatimu. Sama seperti kamu yang selalu ada dihatiku. Tak peduli aku tiada lagi menggenggam tanganmu. Tak mengapa walau aku takkan bisa lagi memelukmu. Tapi bisakah, aku tinggal dihatimu? Ah, hanya harapan semu yang berputar dalam anganku yang mulai sering menggerogoti.

Sudah 20 hari,
Kamu bukan pergi ke dunia lain..
Hanya saja, kita tak lagi bersama…

Ya, memang belum lama ya? Tapi, apa kau tau, rasa yang kualami seperti sudah setahun. Aku masih menungguimu untuk kembali. Masih mengharapkanmu untuk berdalih padaku. Masih hanya kamu, sekarang atau nanti, dan mungkin untuk seterusnya.

Kalau bicara apa cinta itu buta? Entahlah, aku pun tak tau apa yang harus kujawab. Mungkin kitalah yang telah membutakannya. Tapi mau bagaimana? ada hati yang tak mau untuk diingkari. Aku sudah berkelit, dan menjerit untuk tak lagi membawamu dalam setiap lamunanku. Tapi aku tak mampu. Aku sudah terlalu lelah melawan keinginanku yang tak bisa kulawan. Kamu, selalu kubawa dalam hari-hariku. Kamu, selalu kupeluk dalam doaku. Kamu, terlalu sulit untuk dilupakan.

Entahlah apa yang terjadi. Pesan “selamat pagi” mu sebulan lalu saja masih ada dikotak masuk pesan di handphone ku. Aku hanya tak ingin melewatkan kontribusi perhatianmu sedikit pun. Meski kita tak lagi satu. Meski kita tak lagi seperti dulu. Aku juga masih sering menyebut namamu dan mengakuimu sebagai kekasihku. Semuanya spontan saja. Menyakitkan bukan saat kamu mengakui seseorang yang bukan lagi sebagai kekasihmu sebagai kekasihmu? Miris! Aku masih sangat amat tak terbiasa dengan status baruku yang kini tanpa kamu. Kamu, aaah! Susah, terlalu susah untuk dijauhkan dari benakku. Aku terlalu lelah menahan semua ini. Apa kamu tak ingin menjemputku lagi ke dalam genggam jemarimu?

Semuanya terkesan gamang. Kita berpisah tanpa alasan yang tak bisa dibilang jelas dan mantap. Tapi, aku tau. Semakin berjalannya sang waktu, semakin lupa pula dirimu akan kisah kita yang lalu. Kamu begitu cepat melupakan aku yang selalu setia menungguimu untuk kembali. Siapa yang kejam? Kamu? Atau sang waktu yang mampu mempengaruhimu untuk menjauhiku? Ingin rasanya aku memakimu untuk setiap gulir air mata yang jatuh atas 20 hariku yang teramat miris. Kamu, bahkan tak lagi memperdulikan aku. Kamu, bahkan tak lagi menganggapku ada. Kita tak punya masalah yang teramat pelik untuk dijadikan alasan kan? Kukira, kita masih terlalu belia untuk bisa bertumbuh jadi dewasa. Tapi, sepertinya bukan… Atau mungkin, kita tidak siap dengan konsekuensi segala sesuatu yang telah kita sepakati dulu? Tapi sungguh, aku merindukan kamu yang dulu. Senyum manismu. Menginginkan peluk hangatmu. Ya, kamu, yang teramat begitu menenangkanku. Aku merindu…

Sejatinya, aku masih disini. Bertahan untukmu. Menungguimu. Mengharapkanmu… Sungguh…
Aku akan bertahan dengan semua rasa sakit yang sedang kucoba untuk kunikmati…
Kamu, akankah kembali?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar