Teruntuk kamu, kekasih hatiku…
Ini adalah
tahun kedua aku dan kamu…
Tahun dimana
ada “kita” di dalamnya…
Hanya saja,
kita memang tak lagi ada dalam ikatan yang sama.
Aku sendiri.
Dan kamu? Ah, jangan beri tahu aku jawabannya. Aku bahkan tau kapan saja dia
menggamit lenganmu dengan mesra. Sementara aku sibuk meratapi rasa rindu ingin
digegnggam manis olehmu. Kesepuluh jariku sangat merindukan genggam hangat
tanganmu.
Aku tau,
bahkan kalian belum juga mengecap rasa status “berpacaran.” Tapi aku juga tau,
jika kalian sudah layaknya seperti pasangan yang berpacaran.
Oh, Neptunus,
selamatkan aku!
Aku tak tau
apa alasanmu tak menjadikannya kekasihmu. Aku tak tau mengapa kau
menggantungkan cintanya pada persimpangan dimana aku berada.
Aku memang
mesti menangisi kebodohan dan kepasrahan diriku.
Kau datang
padaku, dan aku dengan sukacita menerimamu untuk kembali bermain dengan hatiku.
Ya, kau
beralih kepadanya.
Siapa yang
pelarian, sayang?
Jika saja,
kau dan dia berpacaran. Maka, mungkin akan lebih baik bagiku untuk menjalani
hidupku dalam 24 jam-24 jam yang normal. Tak ada tangis rindu yang selalu
memborbardirku karena rasa sayang itu.
Setidaknya, jika
kamu dan dia ada dalam ikatan kasih yang jelas, maka mungkin sejak saat itulah
aku bias benar-benar berjuang belajar untuk menghapus memorimu dalam ingatanku.
Pertanyaanku,
apa hati kita benar-benar pernah bersatu?
Saat aku
benar-benar menginginkanmu, kau lari padanya.
Saat aku
ingin melupakanmu, kau datang dan mencoba menarikku kembali.
Kenapa kita
tak bisa bertahan, dan berbahagia pada akhirnya?
Kau, maukah
mencoba?
Kau, apa mau
menghilangkan dia dalam hatimu?
Sampai kapan
aku jadi mainanmu?
Jawab tanyaku
saat tak ada lagi keraguan dibenak dan dihatimu.
Selamat malam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar