Wusss…
desir angin senja yang semilir merayapi
tubuhku.
Disinilah
aku, diam, sepi dan sendiri.
Aku
sedang duduk dibawah pohon beringin yang mungkin usianya dua kali usiaku.
Ya, inilah caraku menghabiskan akhir pekanku –kala aku merindukan sosokmu
dengan sangat.
Kulayangkan
pandang pada danau yang jaraknya tak cukup jauh dariku. Ada biduk kecil dan
kayuh yang catnya mulai pudar warnanya. Hmm, apa kau tau? Mungkin dulu senja
pun cemburu melihat kita yang selalu bisa berbagi cerita dan kebahagian dalam
tiap millimeter jarak yang kita raih dengan 2 benda itu.
Ah,
aku mengingatnya lagi.
Sebenarnya aku sering
mengingatnya. Entah bagaimana aku mengatakannya, mungkin tempat ini adalah
magnet yang mampu menguak rasa itu jauh lebih dari yang bisa kukira.
Aku dulu biasanya bisa memandanginya
dari atas perahu kecil yang kami tumpangi. Dia selalu menjangkau sisi kiri dan
kanan untuk mengayuh dengan kayuh kayu yang sekarang sudah tampak mulai lapuk;
habis dimakan air; atau karena tak ada yang pernah merawat dan menggunakannya
lagi.
Kepada kamu,
Mungkin, dua benda kayu itu adalah
bagian dari hal terindah tentang kita. Kemanakah kamu? Apa kau tak rindu? Aku
hanya ingin bercerita dibawah senja, menghabiskan detik jarum jam dengan
senyummu di depan mataku.
Kembalilah, mungkin kita bisa punya
waktu yang menyenangkan (lagi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar