Selamat
pagi embun yang masih bergelayutan di dedaunan, selamat pagi burung yang baru
saja mengerjapkan mata dari tidur semalam…
Hssshhh,
selamat pagi, dunia kecilku yang baru hendak kumulai dari sini. Ya, tepi jalan,
gang kecil dimana biasa aku menyerakkan lamunan dan harapan-harapan kecilku
untuk setiap kantong-kantong pikiran yang mungkin hampir tumpah dari tempatnya.
Disinilah
aku, masih dengan harapanku yang semu, dengan kamu sebagai tokoh utama cerita-cerita
khayalan benakku. Aku masih bisa mendengar buncahan riang di dalam kepalaku
yang menyuarakan dan meneriakkan namamu saat imajinasi menyulutku untuk
berteriak dengan kencang menyebut namamu hanya karena 1 kata; rindu. Oh, tidak!
Aku belum segila itu. Jadi tetap, kau masih kusimpan dalam lamunan dan khayalan
singkatku sepeninggalankudari rumah menuju tempat tujuanku selanjutnya.
Hey,
kamu, sampai sekarang aku masih menyuratimu dengan guratan-guratan senyum tiap
pagi saat aku terbangun. Masih berandai-andai jika nanti kita bisa menghabiskan
pagi bersama, walau hanya untuk berjalan kaki di seputaran taman kota. Mungkin
aku bisa menjamumu dengan sarapan sederhana yang bisa kubuatkan dengan kantong
pas-pas an anak kost an kan? Hahaha.
Nanti,
saat aku dan kamu bertemu, mungkin aku akan mengajakmu jalan-jalan menyusuri
jalan raya dan pusat pertokoan, mengajakmu jajan ke toko kue kesuakaanku di
pinggir jalan. Mengajakmu berjalan kaki di bawah pepohonan rindang sekitaran
gang rumahku. Mungkin kamu akan suka melihat burung-burung melintas, melihat
kupu-kupu kuning, hitam dan biru berlaluan. Tolong katakan padaku jika kamu
memang suka, nanti. Kurasa itu akan jadi cerita yang mengasikkan. Berbicara
mengenai hal yang tak penting lalu berbagi tawa di sela-sela candaan kita yang
mungkin bisa membuat perutmu seperti berisi kupu-kupu yang berterbangan hilir
mudik. Kau tau? Aku cukup humoris untuk membuatmu tergelitik lalu bersusah
payah menahan tawa yang bisa membuatmu benar-benar terpingkal mendengarnya.
Nanti dan
kamu…
Nanti.
Nanti. Aku tidak tau kapan waktu tersebut akan menjemputku. Biar saja. Toh aku
masih punya waktu yang sangat amat panjang dan sabar untuk menungguimu, masih
mempunyai berjuta-juta kantong harapan untukmu. Aku siap menunggu “nanti” yang
bisa meletakkanku dalam situasi menemukanmu dengan senyum merekah. Menggamit
lenganmu lalu menyusuri jalan-jalan kehidupan yang saat itu mungkin jadi
kenangan manis yang tentunya akan siap kurubah jadi kenyataan.
Untukmu
dariku, yang selalu mengagumi dari sudut kota ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar