Aku
melihat jam di pojok kanan layar laptopku. Entah mengapa, rasanya hari ini
berjalan begitu membosankan, melelahkan dan entah kenapa…menyedihkan. Ya, “menyedihkan”
mungkin adalah kata yang bisa aku pilih untuk menggambarkan mood hari ini. Apa
ini karena lagu yang diputar oleh sebuah stasiun radio swasta sepanjang sore
tadi? Atau karena novel yang kubaca sebelum tidur siangku tadi? Atau karena
cerita yang kubaca di facebook tadi? Ada sebuah cerita tentang seorang anak
yang selama 12 tahun hidupnya dihabiskan untuk bekerja selama 12 jam tiap
harinya dengan jumlah asupan gizi yang tak seimbang. Ah, aku makin sedih…
Bagaimana mungkin orang-orang bisa begitu tega? Apa mereka tidak mempunyai
anak? Jika tidak, apa mereka tidak mempunyai sanak saudara? Apa mereka tidak
pernah jadi anak-anak? Kau butuh asupan yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembanganmu. Mungkin,,, orang-orang harus lebih memperhatikan eksploitasi
anak. Ya jelas. Bukan mungkin lagi, tapi harus! Mungkin kita bisa berbicara
panjang lebar tentang hal ini saat moodku sudah kembali menjadi riang gembira
seperti tadi pagi saat aku memulai hari dengan sebuah senyuman terulas di
bibirku.
Ada beberapa pesan singkat dan chat dari teman-temanku. Aku hanya menjawab seperlunya, tak seperti biasa. Entah kenapa. Aku… aku hanya membenci perasaan buruk seperti ini. Saat aku merasa aku benar-benar sendiri dan tak ada orang yang bisa mengerti. Aku sejujurnya sudah terbiasa menghabiskan malam-malamku berbicara dengan keempat sisi dinding kamarku. Tapi aku tidak suka. Aku tidak suka. Ini sudah terlalu sering. Moody. Menyebalkan ya? Saat kau merasa bosan dengan hal-hal sekelilingmu. Saat kau merasa enggan berbicara meski kau punya beberapa teman yang sedang ada bersamamu. Tapi begitulah hidup dan perasaannya. Terkadang, kita hanya butuh sendiri saat kita merasa tak ada yang lebih cocok untuk dijadikan pelampiasan emosi selain Tuhan. Lalu pelan-pelan terbiasa dan terbiasa dengan perasaan gloomy yang dibawanya.
Ada beberapa pesan singkat dan chat dari teman-temanku. Aku hanya menjawab seperlunya, tak seperti biasa. Entah kenapa. Aku… aku hanya membenci perasaan buruk seperti ini. Saat aku merasa aku benar-benar sendiri dan tak ada orang yang bisa mengerti. Aku sejujurnya sudah terbiasa menghabiskan malam-malamku berbicara dengan keempat sisi dinding kamarku. Tapi aku tidak suka. Aku tidak suka. Ini sudah terlalu sering. Moody. Menyebalkan ya? Saat kau merasa bosan dengan hal-hal sekelilingmu. Saat kau merasa enggan berbicara meski kau punya beberapa teman yang sedang ada bersamamu. Tapi begitulah hidup dan perasaannya. Terkadang, kita hanya butuh sendiri saat kita merasa tak ada yang lebih cocok untuk dijadikan pelampiasan emosi selain Tuhan. Lalu pelan-pelan terbiasa dan terbiasa dengan perasaan gloomy yang dibawanya.
Kusut. Penat. Bosan. Jam menunjukkan 11.06, aku masih saja terpaku. Lelah karena bosan. Ingin rasanya punya teman yang bisa tiba-tiba hadir saat perasaan menyebalkan ini menyerang. Mengajak berbicara banyak hal lalu membuatmu tertawa. Menyenangkan bukan?
Kepada tembok-tembok kamarku, apa kamu bisa membuatku begitu? Ah, tidak. Mungkin aku sudah gila. Sudahlah, biarlah lagi-lagi kunikmati perasaan suram ini. Selamat malam, malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar