Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Kamis, 10 September 2015

Yasudahlah...


            1, 2, 3...
Tiga..
Ya, ini bulan ketiga saat kita sudah lagi tak berstatus in relationship. Apa kabarmu kini? Komunikasi di antara kita saja sudah semakin jarang. Ya, benar-benar jarang. Seakan kamu memang tidak mau lagi peduli atas hidupku. Sepertinya kamu, sama sekali tidak mau tau bahkan secuil saja tentang cerita hariku. Seakan, sepertinya, seolah? Atau… memang itu nyatanya? Entahlah.

            Kulihat pagi tadi, diary ku sudah penuh tentangmu dengan tinta hitam, biru, merah dan warna-warna lainnya. Hidupku begitu berwarna saat denganmu. Masih kamu, dan tetap kamu, dan besar kemungkinan akan berlanjut tentangmu. Aku memang terlalu dalam jatuh ke dalam satu kata dengan ribuan makna itu. Terjatuh dan terperangkap di dalamnya. Ya, kamu. Tentu…

Kamu, apa masih mengharapkanku? Masih menungguiku?
Ah, khayalku saja mungkin. Jangankan untuk itu, mengabariku saja kamu tak lagi mau.

Bulan pertama dan kedua, kamu masih sama seperti waktu jadi pacarku. Hanya panggilan kesayangan darimu yang hilang. Kamu masih suka mengirimiku sms, menelfonku pagi-pagi buta hanya untuk menanyakan kegiatanku apa saja hari itu. Kamu masih suka mengirimiku chat BBM sekedar mengingatkanku untuk makan. Kamu masih suka mengirimiku photomu lewat line sekedar mengabariku apa yang sedang kamu lakukan.

Kamu masih selalu penuh kejutan buatku.

Dan kamu juga masih suka mengajakku jalan. Sekedar makan, atau pergi ke pasar malam, atau juga menemanimu membeli keperluan kuliah dan pekerjaanmu. Bahkan kamu masih suka memaksaku untuk melibatkan kamu dalam hariku. Kamu masih suka memaksaku untuk mau diantar jemput ke kampus, masih sering memaksaku untuk sekedar mampir ke rumah dan bercengkrama dengan orang tuamu.

Kamu terasa masih menjadi pacarku, waktu itu...

Memasuki bulan ketiga, kamu pelan-pelan menghilang. Sms hanya seperlunya, dan tidak ada lagi telfon, dan tak ada lagi chat BBM, line pun begitu. Dan kamu tak pernah lagi datang ke rumah dengan honda CBR mu sekedar bertamu atau mengantarjemputku kemanapun yang aku mau.

Aku juga tak berani menanyakan perihal ini padamu. Aku tak berani bertanya semenjak pertengkaran terakhir kita waktu di taman itu.

Kamu terasa semakin jauh, dan aku masih belum terbiasa...
Tiba-tiba saja aku tak lagi terhubung via bbm denganmu, bahkan line mu juga seperti tak aktif lagi.
Terakhir, kudengar kau sedang dekat dengan seorang perempuan di kampusmu.
Aku mau bilang apa?

“Yasudahlah” jadi kata favoritku setelahnya.

Yasudahlah kalau memang tak ada lagi kamu yang selalu mengomeliku saat tak mau memakai jaketmu meski badanku sudah kedinginan karena tampias hujan saat kita berteduh. Yasudahlah kalau memang tak ada lagi kamu yang selalu memanjakanku dengan gulali putih dan merah muda setiap kita pergi ke pasar malam. Yasudahlah kalau memang tak ada lagi kamu yang selalu berhasil menenangkanku dengan genggam tanganmu atau elusan tanganmu di kepalaku.
Aku bukan wanita yang mau memaksakan kehendak. Masih saja sama, masih mengharapkan kamu bahagia.

Karena cinta tak selamanya memiliki, katanya. Yah kupikir kata-kata bullshit ini harus bekerja di otakku untuk menenangkan rinduku yang menggebu-gebu bertemu denganmu. Kupikir kalimat sialan itu harus berhasil kutanam di benakku untuk berhasil mengenyahkan keinginanku mendapatkan sms mu dan mendengar suaramu. Ya. Kupikir begitu.


Kepada kamu yang sebenarnya masih aku harapkan, tolong jaga dia yang jadi penggantiku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar