1,
2, 3...
Tiga..
Ya, ini bulan ketiga saat kita sudah lagi tak berstatus in
relationship. Apa kabarmu kini? Komunikasi di antara kita saja sudah semakin
jarang. Ya, benar-benar jarang. Seakan kamu memang tidak mau lagi peduli atas
hidupku. Sepertinya kamu, sama sekali tidak mau tau bahkan secuil saja tentang
cerita hariku. Seakan, sepertinya, seolah? Atau… memang itu nyatanya? Entahlah.
Kulihat
pagi tadi, diary ku sudah penuh tentangmu dengan tinta
hitam, biru, merah dan warna-warna lainnya. Hidupku begitu berwarna saat denganmu. Masih kamu, dan tetap kamu, dan besar
kemungkinan akan berlanjut tentangmu. Aku memang terlalu dalam jatuh ke dalam
satu kata dengan ribuan makna itu. Terjatuh dan terperangkap di dalamnya. Ya,
kamu. Tentu…
Kamu, apa masih mengharapkanku? Masih
menungguiku?
Bulan pertama dan
kedua, kamu masih sama seperti waktu jadi pacarku. Hanya panggilan kesayangan
darimu yang hilang. Kamu masih suka mengirimiku sms, menelfonku pagi-pagi buta hanya
untuk menanyakan kegiatanku apa saja hari itu. Kamu masih suka mengirimiku chat
BBM sekedar mengingatkanku untuk makan. Kamu masih suka mengirimiku photomu
lewat line sekedar mengabariku apa yang sedang kamu lakukan.
Kamu masih selalu penuh kejutan buatku.
Dan kamu juga
masih suka mengajakku jalan. Sekedar makan, atau pergi ke pasar malam, atau
juga menemanimu membeli keperluan kuliah dan pekerjaanmu. Bahkan kamu masih
suka memaksaku untuk melibatkan kamu dalam hariku. Kamu masih suka memaksaku
untuk mau diantar jemput ke kampus, masih sering memaksaku untuk sekedar mampir
ke rumah dan bercengkrama dengan orang tuamu.
Kamu terasa masih menjadi pacarku,
waktu itu...
Memasuki bulan
ketiga, kamu pelan-pelan menghilang. Sms hanya seperlunya, dan tidak ada lagi
telfon, dan tak ada lagi chat BBM, line pun begitu. Dan kamu tak pernah lagi
datang ke rumah dengan honda CBR mu sekedar bertamu atau mengantarjemputku
kemanapun yang aku mau.
Aku juga tak berani menanyakan perihal
ini padamu. Aku tak berani bertanya semenjak pertengkaran terakhir kita waktu
di taman itu.
Kamu terasa semakin jauh, dan aku masih
belum terbiasa...
Tiba-tiba saja aku tak lagi terhubung
via bbm denganmu, bahkan line mu juga seperti tak aktif lagi.
Terakhir, kudengar kau sedang dekat
dengan seorang perempuan di kampusmu.
Aku mau bilang apa?
“Yasudahlah” jadi kata favoritku
setelahnya.
Yasudahlah kalau
memang tak ada lagi kamu yang selalu mengomeliku saat tak mau memakai jaketmu
meski badanku sudah kedinginan karena tampias hujan saat kita berteduh.
Yasudahlah kalau memang tak ada lagi kamu yang selalu memanjakanku dengan
gulali putih dan merah muda setiap kita pergi ke pasar malam. Yasudahlah kalau
memang tak ada lagi kamu yang selalu berhasil menenangkanku dengan genggam
tanganmu atau elusan tanganmu di kepalaku.
Aku bukan wanita yang mau memaksakan
kehendak. Masih saja sama, masih mengharapkan kamu bahagia.
Karena cinta tak
selamanya memiliki, katanya. Yah kupikir kata-kata bullshit ini harus bekerja
di otakku untuk menenangkan rinduku yang menggebu-gebu bertemu denganmu. Kupikir
kalimat sialan itu harus berhasil kutanam di benakku untuk berhasil
mengenyahkan keinginanku mendapatkan sms mu dan mendengar suaramu. Ya. Kupikir
begitu.
Kepada kamu yang sebenarnya masih aku
harapkan, tolong jaga dia yang jadi penggantiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar