Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Senin, 03 Agustus 2015

Teruntuk Medan Magnetku

Kepada Kamu, Medan Magnetku…

Kembali  mataku bengkak, sembab, dan sejujurnya masih basah. Aku tidak tau apa yang sebenarnya membuatku sakit. Menaruh hati padamu? Atau justru sebaliknya, menjauhimu?

Sudah 35 hari aku menghilang secara tiba-tiba dari hidupmu. Sejujurnya aku tidak pergi begitu saja, kau masih ingat kan? Sore itu, saat awan hitam menggantung di langit dan rintik hujan mulai turun, aku masih sempat mengucapkan kata perpisahan. Ya, meski katamu aku tidak meninggalkan sebuah alasan yang logis. Aku hanya pergi dengan “maaf” dan alasan klise bahwa tak sebaiknya kamu menaruh hati padaku. Yang tentu saja berarti aku tak berniat melanjutkan kedekatan kita. Yah, walau sejujurnya kita belum berada dalam status “berpacaran.” Tapi kedekatan kita cukuplah menggambarkan apa yang kita berdua punya.

Yah, begitulah aku pergi. Ada hal yang tak akan pernah kau pahami. Aku tidak perlu menjelaskannya panjang lebar. Aku hanya, belum siap. Kurasa kamu masih ingat beberapa kali percakapan kita tentang “ketidaksiapan” dan beberapa kode merah dariku, bahwa tidak seharusnya kau mulai menyukaiku.

Aku bukannya tidak senang saat kamu mengajakku berjalan-jalan di taman kota, atau memintaku menemanimu untuk mencari buku di toko buku langgananmu. Aku sejujurnya selalu menikmati momen dimana kita bertemu. Kau tau? Aku bahagia.

Malam ini, saat bulan tidak tampak. Saat bintang tak terlihat, aku kembali menangis. Kalau saja aku berani mengakuinya secara langsung, mungkin aku akan membuat pengakuan bahwa aku mulai menyukai kedalaman matamu. Aku suka sekali tenggelam dalam telaga yang kau ciptakan di balik manik matamu yang gelap itu. Aku suka melihatmu tersenyum. Aku suka bagaimana kita terbahak-bahak bersama.

Kau boleh menyebutku sebagai pengecut, yang tidak pernah mengungkapkan apa yang sebenarnya aku rasa terhadapmu. Hanya saja, aku punya beberapa hal yang tidak akan bisa kau pahami. Bukannya sok tau, tapi aku yakin bahwa kamu tidak akan siap dengan “aku” dan “hidupku.” Ada banyak hal yang tidak perlu kujelaskan... Maaf.

Aku bukannya takut menitipkan hatiku padamu. Aku hanya tidak siap jika harus kehilangan lagi, aku juga sejujurnya belum siap untuk benar-benar terjebak dalam medan magnetmu. Tapi ternyata, saat aku mengakhirinya, justru aku semakin tertarik ke poros dimana kau berada.


Kamu, apa aku masih boleh menyukaimu? Apa aku sudah terlambat untuk kembali padamu?

1 komentar: