Kepada Kamu, Medan Magnetku…
Kembali
mataku bengkak, sembab, dan sejujurnya masih basah. Aku tidak tau apa yang
sebenarnya membuatku sakit. Menaruh hati padamu? Atau justru sebaliknya, menjauhimu?
Sudah 35 hari aku menghilang secara
tiba-tiba dari hidupmu. Sejujurnya aku tidak pergi begitu saja, kau masih ingat
kan? Sore itu, saat awan hitam menggantung di langit dan rintik hujan mulai
turun, aku masih sempat mengucapkan kata perpisahan. Ya, meski katamu aku tidak
meninggalkan sebuah alasan yang logis. Aku hanya pergi dengan “maaf” dan alasan klise
bahwa tak
sebaiknya kamu menaruh hati padaku. Yang tentu saja berarti aku tak berniat melanjutkan
kedekatan kita. Yah, walau sejujurnya kita belum berada
dalam status “berpacaran.” Tapi kedekatan kita cukuplah menggambarkan apa yang
kita berdua punya.
Yah, begitulah aku pergi. Ada hal yang
tak akan pernah kau pahami. Aku tidak perlu menjelaskannya panjang lebar. Aku
hanya, belum siap. Kurasa kamu masih ingat beberapa kali percakapan kita
tentang “ketidaksiapan” dan beberapa kode merah dariku, bahwa tidak seharusnya
kau mulai menyukaiku.
Aku bukannya tidak senang saat kamu
mengajakku berjalan-jalan di taman kota, atau memintaku menemanimu untuk
mencari buku di toko buku langgananmu. Aku sejujurnya selalu menikmati momen
dimana kita bertemu. Kau tau? Aku bahagia.
Malam ini, saat bulan tidak tampak.
Saat bintang tak terlihat, aku kembali menangis. Kalau saja aku berani
mengakuinya secara langsung, mungkin aku akan membuat pengakuan bahwa aku mulai
menyukai kedalaman matamu. Aku suka sekali tenggelam dalam telaga yang kau
ciptakan di balik manik matamu yang gelap itu. Aku suka melihatmu tersenyum.
Aku suka bagaimana kita terbahak-bahak bersama.
Kau boleh menyebutku sebagai pengecut,
yang tidak pernah mengungkapkan apa yang sebenarnya aku rasa terhadapmu. Hanya
saja, aku punya beberapa hal yang tidak akan bisa kau pahami. Bukannya sok tau,
tapi aku yakin bahwa kamu tidak akan siap dengan “aku” dan “hidupku.” Ada
banyak hal yang tidak perlu kujelaskan... Maaf.
Aku bukannya takut menitipkan hatiku
padamu. Aku hanya tidak siap jika harus kehilangan lagi, aku juga sejujurnya
belum siap untuk benar-benar terjebak dalam medan magnetmu. Tapi ternyata, saat
aku mengakhirinya, justru aku semakin tertarik ke poros dimana kau berada.
Kamu, apa aku masih boleh menyukaimu?
Apa aku sudah terlambat untuk kembali padamu?
Menarik...
BalasHapus