Selamat
senja…
Bisa
kulihat 2-3 awan membelah langit kemerahan sore ini, menggantung bak barisan
anak domba yang berlarian dikejar tanpa arah.
Bisa
kulihat pelan-pelan pendar jingga sang mentari merangkak melewati beningnya air
sungai dimana kakiku sedang bermain dengan percik air. Cantik.
Soreku
terasa begitu hangat. Cuaca yang terkesan begitu bersahabat, tapi tidak dengan
hatiku. Kiranya suasana harmoni alam ini mampulah mengusir sejenak keraguan dan tanda tanya
yang sudah kusimpan dalam satu pekan belakangan. Sayang, tidak demikian.
Justru bening air yang begitu memikat mata, bunyi perciknya yang menyeruak sampai ke
telinga, dan dinginnya air yang menjalar ke nadi dibalik kulit ini membawa
seberkas ingatanku tentang kamu.
Sudah
seminggu, kamu berlalu tanpa kabar. Sudah 7 hari, kamu menghilang bak di telan
bumi. Sudah sekitar 168 jam kamu tak ada mengabariku, sepatah kata pun tidak.
Kemanakah, kamu?
Padahal
tak ada perselisihan yang berarti untuk 8 hari lalu. Tak ada perdebatan dan tak
ada pertengkaran. Kita baik-baik saja, bukan?
Atau
kamu sudah bosan? Bosan melihatku yang selalu datar di matamu. Mungkin aku
memang salah, terlalu kaku untuk kamu. Terlalu menjenuhkan, ya kan? Tapi, tak
bisakah kau beri aku pertanda bahwa kamu akan menghilang. Tak bisakah kau beri
aku salam perpisahan, mesti itu menyakitkan?
Kembalilah,
meski untuk sebuah jabat tangan perpisahan. Setidaknya aku tidak lagi kepayahan
menerka-nerka kabarmu. Setidaknya aku tidak lagi perlu kesulitan bertanya-tanya
tentang kamu dan hidupmu.
Selamat
senja, kamu… Semoga langit cerah ada di atasmu.
Dariku,
yang merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar