Kututup tab
ask.fm ku dengan memperhatikan jawaban-jawaban yang kuketikkan tadi. Kusadari
tema hari ini adalah “Lupakan Mantan!”. Tepat setelah kubuka tab baru mesin
pencari Google, kupilih saja lagu Vidi Aldiano itu untuk dimainkan di winamp.
Kulihat lagi
jawaban-jawabanku, ah, tak berubah. Seorang teman bertanya apa kabar, malah
kujawab kabarku tidak begitu baik dengan gebetan yang masih suka
stalking-stalking mantan. Lalu selanjutnya pertanyaan “liburan mau kemana aja?”
dengan jawaban “Ke sebuah tempat yang didalamnya tak ada kata mantan”. Dan
akhirnya adalah sebuah pertanyaan dari anonim yang bertanya “kakak alamatnya
dimana?” Malah kujawab sekenakku dengan mengatakan “yang jelas nggak stuck sama
mantan, non”. Hahaha. Konyol. Tapi, sudahlah. Aku juga tak ingin mengganti
jawabanku.
Tak perlu menyesal. Biar saja para anonim-anomin dan teman-teman
dekatku mengendus aroma kecemburuan terhadap calon kekasih baruku. Pun
sekalian, kuharap kamu sadar. Biar saja. Labil. Ya. Aku sama sekali tidak
dewasa, mengumbar-umbar perasaan dengan bodohnya. Hahaha. Kini aku tersenyum
miris sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku mengakui bahwa emosiku masih
saja memburu. Masih kesal dengan kamu.
Siapa yang tak
jengkel saat kau jalan bersama orang yang benar-benar kau harapkan, justru yang
diungkit-ungkit masalah mantan? Bicara soal table manner yang dia punyai,
bicara soal makanan favoritnya, bicara soal tempat makanan favoritnya, bla,
bla, bla. Kau pikir aku peduli? Tidak.
Aku ya aku,
hey!
Aku tak
masalah kalau kau 1 atau 2 kali membicarakan mantanmu. Mungkin saja aku bisa
belajar bagaimana aku seharusnya memperlakukanmu. Tapi ini sudah untuk yang
kesekian kalinya. Sepuluh jari tanganku bahkan sudah tak cukup menampungnya.
Sekarang aku
hanya bisa menggigit bibir dan menggeram…
Bukannya
belajar jadi lebih baik untukmu, malah rasanya aku ingin mencakar wanita yang
begitu bodohnya meninggalkanmu karena laki-laki tua yang menjeratmu dengan
tampang dan uangnya. Dan aku justru merasa sedih, karena kau secara sadar atau
tidak, mengabaikanku dengan keberadaan mantanmu yang masih dengan nyaman
tinggal di otak atau juga mungkin hatimu.
Aku baru tau
ada laki-laki yang sebegitu memuja kecintaanya yang dulu sedemikian rupa. The
Ugly Truth. Kau tau film 1 ini? Mungkin benar, seseorang masih saja tetap cinta
entah seberapa mana sakitnya hatimu terluka dibuatnya. Entahlah. Aku masih saja
tak mengerti. Apa karena aku baru pertama kali jatuh cinta dan aku belum
menyadari ada hal-hal rumit yang demikian? Entahlah.
Hai, calon
kekasihku…
Tak bisakah
kau pandang aku sebagai aku? Terlepas dari semua alasan yang kau punya, yang
sejujurnya aku tak tahu entah itu apa. Apa hanya sekedar “cuma ingin bilang”
atau “aku memang masih sayang dengan mantanku”, aku hanya merasa tersisihkan.
Maksudku, keberadaanku hanyalah jadi pendengar setiamu dengan kisah manis kau
dan dia.
Lagu pun
berakhir. Kupilih lagi lagu baru untuk didengar. Kutarik nafasku dalam-dalam,
mengetuk-ngetuk ibu jari di screen layar handphoneku.
Aku mulai
berpikir untuk melepaskanmu, kalau kau memang benar-benar menginginkannya lagi
seperti “Mantan Terindah” milik Raisa yang sedang terputar dengan manis dari
speaker handphoneku. Kau boleh pergi…
Tapi jika
tidak, kupikir tak ada salahnya jika kau memberiku kesempatan. Ya kan?
Aku tau aku
tak bisa menjanjikanmu apa-apa untuk sekarang. Aku juga tak tahu apa aku bisa
jadi lebih baik dari dia. Yang aku tahu, aku sedang bersungguh-sungguh
memantapkan dirimu jadi labuhan terakhirku. Tapi kau malah masih saja betah
terperangkap dalam rumahmu yang dulu. Walau sebelumnya aku belum pernah
terlibat hubungan berpacaran, entah mengapa aku merasa yakin bahwa kamu adalah
laki-laki yang bisa kuandalkan nanti.
Jadi, bisakah
kau tinggalkan masa lalumu?
Ada aku, yang
sedang memperjuangkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar