Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Selasa, 14 Januari 2014

Selasa Kelabu...

Selamat sore, Selasa ku yang kelabu…

Aku baru saja bangun dari tidur siangku yang benar-benar melenyakkanku. Kau tau? Liburan adalah sebentuk anugrah yang jarang sekali bisa kutemukan disemester 5 ini.
Rasanya mendapat tanggal merah diantara Senin dan Rabu itu adalah saat kau menemukan barang bagus di toko loak.

Whoooaa~~
Vanilamochamochafrappuncino!!! Aku butuh itu. Ya ampunn, aku bahkan tak tau minuman macam apa itu. Tapi, aku bisa bertaruh, sebelum meminumnya mungkin kau bakal merasakan gigimu bergetar begitu saja.
Umh, its’s kinda yummy.Well, itu adalah minuman kopi-kopian yang mungkin bisa kau beli di starbucks. Masih termasuk teman dari latte, espresso, the chai (mungkin), macchiato, cappuccino, moccacino, dan grande triple-decaf. Ah, aku bahkan belum mencicipi beberapa jenis dari kopi-kopi nikmat yang kusebutkan diatas. Tapi aku tau, rata-rata itu nikmat.

Well, moody mood attacks me successfully. Aku gagal jalan-jalan sendirian. Mendung berhasil menggagalkanku dengan rencanaku yang rutin ada dikepalaku saat aku benar-benar merasa terupuruk seperti ini.

Kau tau? Adalah perasaan yang aneh, terbangun dan menyadari bahwa ujian Sociolinguistics mu kemarin kau lupa meninggalkan jejak “social class,” dan “working class” di lembaran jawabanmu. Itu kunci utama dari semuanya… Dan deret “I love the you teach, but” itu kurasa bisa memuntahkan apa yang kumakan pagi ini. Oke, aku tau ini berlebihan. Tapi aaaah, yang benar saja, masa’ aku bisa lupa dengan phrasa-prasa golongan VIP itu. Dan sungguh, 45 menit itu benar-benar kurang untukku, Ma’am.
Sudahlah, Melva…
Let gone be by gone.

Oke, kembali dengan perasaan moody yang dahsyat ini. Aku bukanlah perempuan yang moody karena belum dapat manicure, atau aku tak bisa membeli sandal balet Repetto yang kubaca di deret huruf si Lisa Barham pagi ini. Tapi sungguh, hari ini rasanya bukanlah joie de vivre (kegembiraan hidup: bahasa Prancis) bagiku. Ah, yang benar saja. Rasanya perasaan moody ini tak bisa dijelaskan. Mendung, kelabu, abu-abu, atau Bigfoot, atau sepatu boot era 80 an yang tentu sudah ketinggalan zaman, atau syal sutra Hermes yang jelas tak akan kudapatkan. Lebih tepatnya tak kubutuhkan. Baik, aku mulai kehabisan kata-kata untuk menggambarkan ke-moody an ku yang jelas buat aku jadi lebih abu-abu dari yang bisa kau bayangkan.

Mungkin aku butuh teman, sebentuk Paolo di A Girl Like Moi nya si Lisa Barham (no, dia terlalu metropolitan), atau sebentuk Aditya di novel Angel yang aku lupa siapa pengarangnya. Tapi Aditya terlalu action buatku. Oke, abaikan.
Aku… yah hanya butuh teman curhat sekarang, dan kusadari bahwa teman curhat terbaikku yang bisa kulihat jelas bahwa dia adalah manusia normal pada umumnya. Dan,,, dia adalah aku. Maksudku, ya aku butuh memperjelas diriku sendiri dengan keadaan moody yang jelas jelas tidak jelas ini.

Aku tak tau bakal kemana arah pembicaraan tulisanku ini. Yang jelas jari-jariku kurasa sedang dalam masa olahraga terbaiknya hari ini. Aku tau, tak ada sms, tak ada telfon mungkin lebih menyesakkan bagi 10 jari tanganku. Dan ya, kau bisa bilang ini jadi pelampiasannya. Oke, I’ve been that weird, right?

BAIK. BAIK.
Aku tau, aku sadar. Ada Literacy yang minta untuk dikencani mala mini. Bisakah kau bersabar? Rabu bahkan belum datang. Giliranmu hari Kamis, kawan.
Oke, biar kujelaskan. Semester 5 ini benar-benar semester yang bisa hampir membuat mataku keluar. Bayangkan saja, setiap hari waktu tidurmu harus kau diskon kan untuk menge-date dia. Ya, yang jelas bukan siapa-siapa. Tugas, Tugas. Oke, hubunganku sudah resmi. Aku berpacaran dengan sang tugas. Kau tak perlu tau berapa banyak dan seberapa sulitny tugasku. Tapi ya, itu jelas bisa menghapus kegalauan, mengkuruskan badan, dan membuatmu benar-benar mengantuk setiap harinya.

Dan hey, 1 hal… aku tak tau apa yang bisa membuat aku kvelling (luar biasa bangga: bahasa Yiddish, aku bahkan tak tau Yiddish itu seperti apa) dari mood ku yang kurasa benar-benar konyol ini. Maksudku, siapa lagi orang-orang yang bisa benar-benar merasa tak jelas selain gadis yang tak punya nilai shayna punim (wajah cantik: bahasa Yiddi)

Che? (Apa: bahasa Italia)
Ini sudah sore. Ya, aku sadar. Tapi bagaimana mungkin jarum-jarum hitam di jam dinding itu bergerak lebih cepat dari perkiraanku hari ini. Ya, aku sedang moody. Rasanya hari berjalan begitu lambat. Sekarang sudah pukul O4.00 p.m.
Walllaaa, Mama bisa mengoceh bertubi-tubi untuk kejelasan kemalasanku hari ini.
Yaaa, intinya dari tulisanku yang terlalu panjang dan tak berarti ini (motif: nulis biasa. Curhat gaje) adalah MOODY ITU BISA MEMBUNUHKU.
Hampa, kosong, abu-abu, tak berarti apa-apa. Semoga kau cepat sembuh dari kegilaanmu, Melva.

Salam manis…

Melva.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar