Selamat sore, Selasa ku yang kelabu…
Aku baru saja bangun dari tidur siangku yang
benar-benar melenyakkanku. Kau tau? Liburan adalah sebentuk anugrah yang jarang
sekali bisa kutemukan disemester 5 ini.
Rasanya mendapat tanggal merah diantara
Senin dan Rabu itu adalah saat kau menemukan barang bagus di toko loak.
Whoooaa~~
Vanilamochamochafrappuncino!!! Aku butuh
itu. Ya ampunn, aku bahkan tak tau minuman macam apa itu. Tapi, aku bisa
bertaruh, sebelum meminumnya mungkin kau bakal merasakan gigimu bergetar begitu
saja.
Umh, its’s kinda yummy.Well, itu adalah
minuman kopi-kopian yang mungkin bisa kau beli di starbucks. Masih termasuk
teman dari latte, espresso,
the chai (mungkin), macchiato, cappuccino, moccacino, dan grande triple-decaf. Ah, aku bahkan belum mencicipi
beberapa jenis dari kopi-kopi nikmat yang kusebutkan diatas. Tapi aku tau,
rata-rata itu nikmat.
Well, moody mood attacks me successfully.
Aku gagal jalan-jalan sendirian. Mendung berhasil menggagalkanku dengan
rencanaku yang rutin ada dikepalaku saat aku benar-benar merasa terupuruk
seperti ini.
Kau tau? Adalah perasaan yang aneh,
terbangun dan menyadari bahwa ujian Sociolinguistics mu kemarin kau lupa
meninggalkan jejak “social class,” dan “working class” di lembaran jawabanmu.
Itu kunci utama dari semuanya… Dan deret “I love the you teach, but” itu kurasa
bisa memuntahkan apa yang kumakan pagi ini. Oke, aku tau ini berlebihan. Tapi
aaaah, yang benar saja, masa’ aku bisa lupa dengan phrasa-prasa golongan VIP
itu. Dan sungguh, 45 menit itu benar-benar kurang untukku, Ma’am.
Sudahlah, Melva…
Let gone be by gone.
Oke, kembali dengan perasaan moody yang
dahsyat ini. Aku bukanlah perempuan yang moody karena belum dapat manicure,
atau aku tak bisa membeli sandal balet Repetto yang kubaca di deret huruf si
Lisa Barham pagi ini. Tapi sungguh, hari ini rasanya bukanlah joie de vivre (kegembiraan hidup: bahasa Prancis)
bagiku. Ah, yang benar saja. Rasanya perasaan moody ini tak bisa dijelaskan.
Mendung, kelabu, abu-abu, atau Bigfoot, atau sepatu boot era 80 an yang tentu
sudah ketinggalan zaman, atau syal sutra Hermes yang jelas tak akan kudapatkan.
Lebih tepatnya tak kubutuhkan. Baik, aku mulai kehabisan kata-kata untuk
menggambarkan ke-moody an ku yang jelas buat aku jadi lebih abu-abu dari yang
bisa kau bayangkan.
Mungkin aku butuh teman, sebentuk Paolo di A
Girl Like Moi nya si Lisa Barham (no, dia terlalu metropolitan), atau sebentuk
Aditya di novel Angel yang aku lupa siapa pengarangnya. Tapi Aditya terlalu
action buatku. Oke, abaikan.
Aku… yah hanya butuh teman curhat sekarang,
dan kusadari bahwa teman curhat terbaikku yang bisa kulihat jelas bahwa dia
adalah manusia normal pada umumnya. Dan,,, dia adalah aku. Maksudku, ya aku
butuh memperjelas diriku sendiri dengan keadaan moody yang jelas jelas tidak
jelas ini.
Aku tak tau bakal kemana arah pembicaraan
tulisanku ini. Yang jelas jari-jariku kurasa sedang dalam masa olahraga
terbaiknya hari ini. Aku tau, tak ada sms, tak ada telfon mungkin lebih
menyesakkan bagi 10 jari tanganku. Dan ya, kau bisa bilang ini jadi
pelampiasannya. Oke, I’ve been that weird, right?
BAIK. BAIK.
Aku tau, aku sadar. Ada Literacy yang minta
untuk dikencani mala mini. Bisakah kau bersabar? Rabu bahkan belum datang. Giliranmu
hari Kamis, kawan.
Oke, biar kujelaskan. Semester 5 ini benar-benar semester yang bisa hampir membuat mataku keluar. Bayangkan saja, setiap hari waktu tidurmu harus kau diskon kan untuk menge-date dia. Ya, yang jelas bukan siapa-siapa. Tugas, Tugas. Oke, hubunganku sudah resmi. Aku berpacaran dengan sang tugas. Kau tak perlu tau berapa banyak dan seberapa sulitny tugasku. Tapi ya, itu jelas bisa menghapus kegalauan, mengkuruskan badan, dan membuatmu benar-benar mengantuk setiap harinya.
Oke, biar kujelaskan. Semester 5 ini benar-benar semester yang bisa hampir membuat mataku keluar. Bayangkan saja, setiap hari waktu tidurmu harus kau diskon kan untuk menge-date dia. Ya, yang jelas bukan siapa-siapa. Tugas, Tugas. Oke, hubunganku sudah resmi. Aku berpacaran dengan sang tugas. Kau tak perlu tau berapa banyak dan seberapa sulitny tugasku. Tapi ya, itu jelas bisa menghapus kegalauan, mengkuruskan badan, dan membuatmu benar-benar mengantuk setiap harinya.
Dan hey, 1 hal… aku tak tau apa yang bisa
membuat aku kvelling (luar biasa bangga: bahasa
Yiddish, aku bahkan tak tau Yiddish itu seperti apa) dari mood ku yang kurasa
benar-benar konyol ini. Maksudku, siapa lagi orang-orang yang bisa benar-benar
merasa tak jelas selain gadis yang tak punya nilai shayna punim (wajah cantik: bahasa Yiddi)
Che? (Apa: bahasa Italia)
Ini sudah sore. Ya, aku sadar. Tapi
bagaimana mungkin jarum-jarum hitam di jam dinding itu bergerak lebih cepat
dari perkiraanku hari ini. Ya, aku sedang moody. Rasanya hari berjalan begitu
lambat. Sekarang sudah pukul O4.00 p.m.
Walllaaa, Mama bisa mengoceh bertubi-tubi
untuk kejelasan kemalasanku hari ini.
Yaaa, intinya dari tulisanku yang terlalu
panjang dan tak berarti ini (motif: nulis biasa. Curhat gaje) adalah MOODY ITU
BISA MEMBUNUHKU.
Hampa, kosong, abu-abu, tak berarti apa-apa.
Semoga kau cepat sembuh dari kegilaanmu, Melva.
Salam manis…
Melva.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar