Dedicated
for: My lovely two close friends.
Tahun
lalu, aku sama dengan kalian. Pernah menghadapi rasanya duduk dibangku dengan
waktu yang terbatas untuk menyelesaikan ratusan soal SNMPTN. Ujian yang
memegang peranan penting dalam penentu masa depan. Aku bergerilya disana.
Mencoba merangkak, meraba, membaca dan menerawang jawaban dari keterbatasaku.
Akhir Juni tahun lalu, aku dinyatakan lulus. Air mata bahagia yang
kutunggu-tunggu tercapai jua. Dan sekarang, aku berkuliah di universitas negeri
setempat. Jujur saja, aku bersyukur!
Kemudian…
Tahun
ini, gilira kalian, 2 teman sepermainanku, dan jutaan peserta lainnya… Juga
mengikuti SNMPTN. Kalian, 2 temanku, belajar dengan tanpa mengenal lelah.
Pagi-Malam ikut menghadapi kelas bimbel yang jadi tempat mempersiapkandiri.
Belum lagi mataku yang sering melihat kalian membaca buku di rumah. Usaha
kalian, membuatku bangga. Dan sedikit membuatku minder. Sebab, tahun lalu, aku
tak ada seambisius dan semaksimal kalian dalam mempersiapkan diri. Salut.
Hari
SNMPTN pun tiba, dengan berbekal doa restu dan senjata ilmu yang kalian punya.
Kalian merayapi soal-soal SNMPTN tersebut dengan perlahan. Satu demi satu pun
terisi. Bagiku, kalian sudah melakukan yang terbaik. Kalain sudah melakukan apa
yang jadi bagian kalian. Mungkin hanya 1 kalimat yang bisa kukatakan pada
kalian. “I’m being proud of you, girls.”
Lalu,
hari-hari pun berlalu. Malam yang dinanti-nanti pun tiba. Pengumuman mengenai
anak bangsa. Kemanakah cita-citanya? Akankah ada lampu hijau? Atau malah harus
terhenti? Memang bukan aku yang mengikuti SNMPTN. Tapi kau tahu, aku sama
gugupnya menanti hasilnya. Dua teman baikku sedari kecil, masa depan mereka
tertera di layar komputer yang besarnya tak seberapa. Masa depan mereka hanya
tergantung pada 2 pilihan. “Diterima,” atau “Tidak Diterima.” Aku gugup.
Kulihat wajah kalian tak terlepas dari cemas., Jari-jari kalian mendingin
seperti batu es. Lutut kalian mulai tak seimbang untuk menopang berjalan.
Beberapa
menit sebelum pengumuman, doa telah kita panjatkan. Kita telah percayakan apa
yang keluar nanti adalah hasil yang terbaik. Kita yakin itu. Amiin.
Aku
jadi saksi cerita pengumuman SNMPTN kalian. Aku yang mengetikkan nomor peserta, tanggal lahir dan
mencocokkan kode verifikasi kalian. Ada 3 pasang bola mata yang tak ingin
berkedip saat melihatnya.
Tapi,
saat lembaran pengumuman tersebut mulai tampak semua. Apa kau tahu hasilnya?
Entahlah! Apa yang salah? Apa yang Tuhan rencanakan bagi mereka. Kata “Tidak
Diterima” itu dengan warna hitam tebalnya terpampang untuk masing-masing mereka
berdua. Sungguh, aku saja yang hanya teman mereka merasa terpukul. Kukira
mereka tak pantas untuk itu. Mereka itu… Ah… Aku bertanya-tanya.
Butiran
dan tetes air mata pun mulai mengalir.Wajah yang tadinya penuh semangat berubah
jadi wajah yang dingin, diam, tak ingin bicara banyak. Aku hanya bisa
memberikan puk-puk pada kalian. Masih belum terima mungkin. Masih
bertanya-tanya. Aku tak percaya.
Aku tahu, malam itu mungkin jadi malam tergalau buat
kalian. Malam dimana kalian mungkin lebih senang menyendiri dan berbagi cerita
ditemani guling yang erat kalian peluk.
Inilah
yang tak kita tahu, dan tak pernah kita tahu. Tuhan masih punya jalan lain.
Tuhan sudah mempersiapkan masa depan kita. Apa yang Tuhan mau, jauh lebih indah
dari apa yang kita inginkan. Ada jalan dan selalu ada jalan dari-Nya untuk
mereka yang mau berusaha.
Jangan
menyerah kawan! Selagi lututmu masih sanggup untuk berdiri, jangan rebahkan
badanmu pasrah!
Selagi
kau masih punya mulut, jangan bilang “tidak” sebelum ada usaha.
Masih
ada jalur lain. Masih ada kesempatan.
Ya,
masih ada jalan.
Kuatkan
hatimu, teman.
Aku
sayang kalian.
Tuhan,
kutitipkan 2 teman baikku pada-Mu. Apa pun yang jadi keputusannya. Aku tahu,
itu tak lepas dari campurtangan-Mu. Hapuslah air mata mereka! Gantilah hal itu
jadi tangisan kebahagiaan nantinya. Aku percaya pada-Mu. Rencana-Mu indah pada
waktunya. Terimakasih Tuhan. Amin.
Melva :)