Sebelum kita saling menyapa, sebelum kita kenal satu
sama lain. Kamu masih sosok yang ‘sama’ kan? Yang setiap harinya kerap
mengundang perhatian perempuan mana pun untuk focus kepadamu. Kamu masih di
sosok itu. Yang memandang perempuan, hanya sejauh paras dan raga. Benar begitu
bukan? Itu kamu dulu. Kamu yang sebelum bertemu aku.
Bukan
merasa terlalu percaya diri atau apa. Bukan merasa sok hebat atau apa. Entahlah
bagaimana melukiskannya. Saat aku dan kamu mulai bicara, saat hati kita mulai
terbuka. Ya, semua sepertinya tak lagi sama.
Kamu
datang dengan membawa senyuman baru buatku. Kamu berhasil menggantikan
tempatnya yang pernah mengisi hatiku. Kamu mengisi kekosongan yang ada. Kamu
mampu mengubur luka lama. Kamu hadir dengan tawa gembira. Namun terkadang
membawa kesal saat kamu dekat dengan yang lainnya. Entahlah. Kita waktu itu
belum ada status. Kita hanya teman. Teman dekat mungkin. Atau abang-adik yang
sangat akrab.
Hari-hariku
tak lepas dari kamu. Tak jarang kita berbagi cerita dan masalah yang ada.
Nyaman, dan damai. Mungkin itu adalah dua kata yang mampu menggambarkan
komunikasi kita. Seolah saja kita mengerti dan paham apa yang harus kita ucap
dan perbuat dalam setiap detik, menit, hari, minggu, bulan, dan waktu yang
berbeda.
Kamu
bilang, adanya aku buat hidupmu jadi lebih berwarna. Kita waktu itu (masih)
belum punya status yang jelas. Tapi kita bisa merasakan kecemburuan yang ada
saat diantara kita dekat dengan sosok lain. Susah bagaimana menjelaskannya.
Mungkin disaat itulah rasa yang disebut “sayang” hadir di antara kita.
Sehari
tanpa perhatian atau komunikasi dariku mungkin membuatmu berhasil mencapai
klimaks kegalauan. Satu hari bertengkar denganmu? Merubah moodku yang ceria,
berubah jadi 180 drajat berbeda. Ya, itu tanda-tanda ada rasa yang ingin
diraih. Kita butuh status yang lebih. Kita butuh kejelasan.
Bukan
hanya 1 Minggu kita bicara tanpa tatap muka. Bukan juga 1 bulan. Bukan 5 bulan.
Ah, panjang rasanya. Itu sebuah long distance relationship. Tapi jelas saja
waktu itu, relationshipnya bukan “aku dan kamu pacaran.” Mungkin itulah masa
pendekatan kita. Masa pendekatan yang rumit. Cerita kita terbagi kemana-mana.
Tak jarang kita seperti sepasang kekasih yang bertengkar tapi tanpa ada bubuhan
kata “pacar.” Tak jarang juga kita tersenyum seperti merindu kekasih, walau
status itu belum ada. Kamu dan aku, ya… Kita sama-sama mengerti bukan?
Mungkin…
Tuhan mengirimku untuk membuka mata hati dan pikiranmu mengenai sosok yang
disebut dengan perempuan. Perempuan tak hanya sebatas “fisik.” Sekarang, kamu
sudah tau rasa dan bedanya kan? Bahwa kasih sayang dan perhatian itu bisa
melebihi raga. Bahkan kamu pasti sudah mengerti, bahwa kedua hal itu bisa
mengalahkan faktor “fisik” yang dulu kulihat sebagai pertimbanganmu yang
pertama.
Semoga,,,
aku bukan hanya sebagai alat penyadarmu. Tapi juga sekaligus sebagai pasanganmu
mulai sekarang sampai seterusnya. Tak ada salahnya berharap dan berusaha bukan?
Love will find a way. :)
Melva :)
Perempuan tak hanya sebatas “fisik.”
BalasHapusSepakat dengan kalimat ini.
Sayang banget banyak yang masih gagal paham tentang ini....
Iyaa bang. Bener itu. Kita sebagai kaum perempuan kan butuh dihargai. (Kita???)
HapusHahahhaa. :D
*mendadak pengen ngondek*
HapusD tnggu live ny yaah. :D
HapusAbang mah udah sering Live ngondeknya....
HapusKamunya aja nggak nyetel ke channelnya abang :p
hahhahaha,,, gak pake parabola bang. * masih musim yah?*
Hapus