Pasti kita pernah atau punya
orang-orang yang punya masalah yang pelik dalam kehidupan mereka. Atau bahkan
kita sendiri pernah mengalami masalah yang seakan-akan membuat kita jatuh dan terpuruk,
dan serasa tak bisa bangkit. Masalah yang mendorong kita untuk berkata “aku tak
bisa,” “aku tak mampu, Tuhan.” Aku tak tahu apa yang sedang kamu dan mereka
hadapi sekarang. Begitu juga kamu dan kalian, yang tak mengerti apa yang sedang
terjadi dan kurasa dalam hidupku yang jelas tak berlangsung lama.
Mari sejenak kita berkaca! Kalau
mungkin diantara kita yang belum pernah mengalami masalah pelik, coba pandang
ke sekelilingmu! Ups, tunggu dulu… Sekali lagi aku ingin bertanya. Pernah
punya masalah yang sulit dan menggeluti
hari-harimu dengan hebatnya? Masalah yang memborgol kaki dan tanganmu untuk
bergerak leluasa. Pernah punya? Kalau masalahmu adalah kurang uang saku,
diselingkuhi pacar, uang pulsa habis. Itu tak seberapa, kawan! Selidikilah
hatimu sendiri! Kapan kamu merasa sangat terpuruk dan merasa tak ada lagi kaki
yang bisa menopangmu untuk berdiri?
Disekelilingku, disekelilingmu,
disekeliling kita. Ada
begitu banyak orang-orang yang bergumul dengan hebatnya, meronta dengan masalah
yang membelenggu kehidupan mereka. Ada
yang rumah tangganya terancam tinggal kenangan yang harmonis, ada yang orang
tuanya meninggal, ada orang kaya yang jatuh bangkrut begitu saja, ada yang
diperkosa dan ditinggalkan tanpa pertanggungjawaban, ada yang sedang berjuang
mati-matian menghadapi penyakit kronis, dan masalah-masalah lainnya. Inilah
hidup. Keras, menantang, dan licin sekali! Sehingga tak jarang yang salah langkah,
lalu jatuh dan… yah sampai tak bisa bangkit dan menata hidup kembali. Entah
sudah berapa banyak air mata yang mereka tumpahkan. Entah sudah seberapa lama
mereka hidup dengan kepenatan dan kepiluan. Sungguh miris bukan?
Mari kita bayangkan dengan kehidupan
kita, yang serba penuh keluhan, Bukan saja orang lain yang mengeluh tentang
kita. Tapi kita juga yang mengeluh. Mengeluh kepada alam, mengeluh kepada apa
yang seharusnya tak pantas dikeluhkan. “Aduh, hari ini panas banget ya!,” “Yah,
uang jajan aku kok dikurangi sih Ma???” Banyak sekali bucapan-ucapan yang
isinya hanya bisa mengkritik. Hanya bisa berkomentar tanpa pernah mengucapkan
terimakasih atas apa yang didapat. Tanpa pernah mau mengucap syukur atas apa
yang telah diperoleh. Bersyukurlah, Sobat!
Diluar sana , masih banyak orang-orang yang tak bisa
menjalani hidup seperti hidup yang kita jalani saat ini. Diluar sana , ada banyak pihak
yang hidupnya tak sebaik hidup yang kita dapat sekarang. Pertanyaannya adalah,
apakah kita pernah bersyukur? Jawablah dengan jujur, kawan! Mungkin kita pernah
bersyukur, tapi coba kilas balik lagi memori kita masing-masing! Pada umunya
kita hanya mengucapkan terimakasih pada-Nya saat kita senang. Saat kita
tertawa. Saat kita mendapat apa yang kita mau. Pada saat keterpurukan menyapa
dan hadir? Apa pernah kita masih tetap bersyukur dengan masalah yang ada.
Dengan hidup yang boleh kita lalui?
Manusia. Katanya adalah ciptaan-Nya.
Ya, benar. Kita adalah ciptaan-Nya. Tapi sudahkah kita berterimakasih dan
mengucap doa, serta syukur pada-Nya? Seberapa sering? Jawablah! Pernahkah kita
berdoa dan berterimakasih atas berkat nafas kehidupan yang boleh kita hembuskan
sampai detik ini ? Seberapa sering? Jawablah!
Malah, mungkin kita lebih sering
menyapa dan berterima kasih kepada sesama kita dengan kata-kata manis.
Mengucapkan selamat pagi hampir ke semua kontak yang ada di handphone kita.
Menyapa teman-teman kita dengan riangnya. Menyapa dan saling bercerita dengan
pasangan kita. Dan kita, masih saja dengan rajinnya berkeluh kesah mengobral
cerita tentang hal-hal sepele. Pernahkah kita mengadu pada-Nya? Atau malah
meninggalkan dia dan mencari hal-hal duniawi sebagai pelampiasan dan jalan
keluar?
Lihat kerabat-kerabat kita yang
diluar sana !
Mereka masih kuat dengan apa yang mereka hadapi sekarang. Mereka masih
kuat menyangga tubuh mereka. Berdiri dan
tegak menghadapi kemelut masalah yang datang. Tak pernah takut akan ombak yang
selalu siap datang menerpa. Tak pernah gentar akan masalah yang dengan sabarnya
menunggu giliran untuk masuk ke dalam kehidupan mereka. Mereka masih disana.
Berperang bersenjatakan doa dan keyakinan melawan kerasnya hidup yang mereka
temui.
Sementara kita? Melenggak-lenggok
seolah kita adalah manusia yang paling benar. Merasa seolah kita sudah lebih
baik dari mereka diluar sana .
Merasa bahwa hidup kita dan hidup mereka memang sudah sepatutnya demikian.
Merasa bahwa kita adalah umat-Nya yang paling setia. Merasa kalau ibadah kita
pada-Nya sudah melebihi ibadah mereka kepada-Nya. Lalu kalau memang demikian,
sudahkah kita bersyukur hari ini? Sudahkah kita bersyukur atas hari kemarin,
dan akan terus bersyukur untuk besok, lusa dan seterusnya?
Mengapa kita justru lebih memilih
terlibat ke dalam emosi duniawi, mengikuti trend yang salah dan mencari
pelarian atas masalah yang kita dapat dengan cara yang salah. Pernahkah kita sadar
bahwa kita masih hidup sampai sekarang adalah karena anugerah-Nya? Pernahkah
terlintas dibenak kita bahwa kita yang sekarang bukanlah diri kita sendiri? Aku
dan kamu, dia dan mereka, lahir dengan suatu alasan. Lahir untuk 1 peran yang
Tuhan telah siapkan.
Sepelik apapun masalah kita, tak seharusnya kita berdiam
diri, meringkuk atau bahkan lari dari masalah. Bukalah hatimu untuk-Nya! Bukalah
hatimu untuk mengenal Dia! Kalau kamu kemarin belum mengenal Dia. Tak ada kata
terlambat untuk berkenalan dengan-Nya, sobat! Lipat tanganmu, pejamkan matamu,
dan tundukkan kepalamu. Lebarkan sajadahmu dan tengadahkanlah tanganmu! Akui
kelalaian dan kesengajaan kita yang mengabaikan-Nya! Tuhan kan buka pintu-Nya untukmu.
Tulisan ini bukan hanya ditujukan
untuk kamu. Bukan hanya untuk kalian dan mereka. Tulisan ini juga berlaku buat
aku. Tentu saja! Mari buka matamu, dan siaplah terima hidup baru yang lebih
baik dari-Nya.
Tuhan
menyayangimu, dia, kalian, mereka, dan aku.
Ya, Tuhan
mencintai kita.
With Love
Melva :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar