Malam ini sebetulnya
masih sama dengan malam kemarin. Tak ada bedanya. Aku masih disini sendiri.
Terserah malam ini malam apa, malam Kamis kah? Jumat kah? Atau malam Minggu
sekalipun. Toh tak ada yang berbeda kan? Mengapa aku berkata demikian? Ya,
tentu saja. Aku dan kamu terpisah jarak. Pasangan-pasangan lain memadu kasih
mereka, khusunya di malam Minggu. Tak jarang kulihat ada yang bergandeng
tangan, tertawa bersama, bertatapan mesra. Ya, itu mereka, yang tentu saja bisa
bertemu dengan passangannya kapan saja mereka mau tanpa terlalu berpikir
panjang tentang jarak yang memisahkan. Dan bagaimana dengan kita? Kita tentu
saja tak bisa demikian dengan mudahnya.
Akutahu,
aku dan kamu sudah menjalani hubungan jarak jauh ini bukan hanhya sehari. Aku
tahu, kalau kamu dan aku terpisah jauh bukan hanya seminggu. Kita memang tidak
terpisah begitu jauh, tidak sampai terpisah negara. Kita hanya sedang berada di
pulau yang berbeda. Tapi tetap saja kan, itu LDR alias Long Distance Relationship?
Tetap saja kan kita punya status tapi tetap merasa kesepian? Makanya ada yang
bilang, “Jomblo dan LDR itu sama, sama-sama kesepian.”
Aku
tak ada disisimu. Kamu tak ada disampingmu. Tapi, kita sama-sama tau. Dan tentu
saja memang sama-sama tau, kalau kita saling memiliki. Aku ada dihatimu, dan
begitu juga sebaliknya, kamu ada dihatiku.Terkadang, saat aku memikirkan kamu,
terlintas juga pertanyaan entah sampai kapan kita harus begini. Entah sampai
kapan hanya untuk saling menatap mata satu sama lain saja susah. Entah sampai
kapan hanya untuk bergandengan tangan saja susah.
Dimana
kita bisa bertemu? Ups, bukan bertemu, hanya komunikasi sebenarnya. Hanya
komunikasi tanpa tau raut wajah kita seperti apa saat sedang berbicara di
telfon, saat menuliskan pesan singkat, saat membalas komentar di dunia maya,
atau bahkan saat kita saling memikirkan 1 sama lain. Ya, itu kita. Yang tak
bisa sesuka hati untuk bertemu, tapi terhalang jarak yang ada.Ya, inilah
kita. Yang jauh di mata dekat di hati.
Saatku
berjalan sendiri, menjalani rutinitasku yang kerap ditemani suaramu, yang
ditemani inbox darimu tiap harinya. Lagi-lagi, aku melihat gelak tawa para
pasangan yang hilir mudik di depan mata. Kadang juga terlihat olehku pasangan
yang satu diantaranya sedang merayu pasangannya yang sedang marah. Terlalu
banyak jenis pemandangan visual yang ditampakkan kerumunan pasangan-pasangan
lain di mataku.
Kadang,
terlintas dibenakku, sebuah keinginan sederhana. Tapi aku sangat
menginginkanya, dan itu begitu teramat menyiksa saat aku terlalu merindukanmu
dan tampak dimataku pasangan yang sedang bergandengan tangan. Masih dengan
keinginan yang menghantui kerinduanku padamu, entah kapan lagi tanganku boleh
terselip di tanganmu, kapan lagi kilau mata beningmu bisa kulihat dengan jelas?
Sederhana memang. Tapi aku sadar, walau hanya keinginan yang sesederhana itu,
aku tak dapat merengkuhnya dalam waktu yang relatif singkat.
Apa
aku iri dengan mereka? Apa aku sudah lelah dengan sebuah hubungan jarak jauh
ini? Apa aku tak sanggup menjalani kisah cinta yang hanya berkomunikasi lewat
handphone dan dunia maya? Kurasa bukan, ya tentu saja bukan! Aku hanya terlalu
merindu.
Konsep
hubungan yang sedang kita jalani ini memang cukup berat. Bukan apa-apa
sebetulnya. Toh cinta aku dan kamu kuat. Hanya saja, lagi-lagi,,, hubungan
jarak jauh ini sering menimbulkan masalah kepercayaan diantara kita. Kita kerap
berbeda pendapat, kerap berselisih paham, kerap diam dan teguh dengan
pengertian sendiri.Cemburu! Itu jadi topic utama, dan mungkin akan selalu jadi
topik utama selama kita menjalani konsep
LDR ini.
Seberapa
pelik pun masalah yang ada atau yang aka nada. Keirianku pada mereka yang tidak
menjalani hubungan jarak jauh seperti ini tak akan merubah atau mebgurangi rasa
sayangku buat kamu yang jauh disana. Semerindu apapun aku padamu, tak akan
membuatku mencari sosok baru sebagai pelampiasan rasa rinduku. Aku masih
bertahan, dan akan tetap bertahan. :)
Imperfect Person
Melva
Tidak ada komentar:
Posting Komentar