Melva Sari Simangunsong

Dear people, this blog is not truly and merely about me n my life only. I am a random-post-writer. So I post everything in my mind.The thing that I wrote is not all about me, n not all about you. Thanks. :)

Rabu, 04 Juli 2012

Masih dengan Sosok yang Sama


Kemarin, pagi ini, esok, lusa dan seterusnya, mungkin aku akan tetap dan aku masih akan mengagumi sosok yang sama. Aku masih memperhatikannya. Dan aku kembali jatuh cinta pada orang yang sama setiap harinya. Meski ragamu dan ragaku tak saling bertemu. Meski tangan kita tak mampu saling menggenggam. Meski rindu yang datang sering menyerang dan membuat sakit. Meski rasa cemburu kadang terbersit, namun aku masih menunggumu kembali dari sana. Dari tempat yang tak kan mungkin kujangkau saat ini. Ya, alasannya hanya satu, yaitu “jarak.”
            Apa ini yang dinamakan jarak? Membuat batinku sering menangis sebelum tertidur. Bahkan sakitnya rinduku padamu sering terbawa dalam mimpiku. Tapi apa kau tau? Rindu yang menjalar ini sebetulnya membuat bangga. Meski itu sakit, setidaknya aku mengerti bahwa rasaku padamu memang benar adanya. Tak jarang kita berselisih, tapi apa lagi-lagi kau tahu? Bahwa rindu ini masih setia hanya tertuju padamu.
            Dibalik kecurigaanmu, hatiku sering sakit. Bukan karena apa-apa. Aku tau kau memang menyayangiku, dan aku tau bahwa aku lah satu-satunya orang yang kau inginkan. Ya kan? Tapi setiap kecemburuanmu datang dengan kadar yang berlebihan, tak jarang hatiku bergumam dan bertanya: “Apakah aku sudah tak dipercayai lagi?”
            Seharusnya kau tak perlu takut. Kau tak perlu cemas. Aku masih mengecap cinta yang sama. Aku masih menggenggam sayang yang sama. Tak pernah terpikir olehku untukku menambah koleksi atau membuat daftar pacar baru. Tak pernah terpikir olehku untuk mencari penggantimu, atau mencari tempat pelampiasan rindu kepada yang lain. Aku cuma mau 1. Tentu saja kau tau siapa itu, ya itu kamu. Cuma kamu. Asal kau tau, aku tak akan yakin untuk menjalani sebuah hubungan dengan yang lain. Aku tak akan pernah seyakin ini untuk punya status “pacaran” atau lebih nantinya, kalau bukan denganmu.
                Sampai nafasku tercekat, masih saja kau sering tumpahkan rasa cemburumu padaku dengan tak ada habis-habisnya. Mungkin kau hanya terlalu sayang. Tapi apa sampai begitu? Mungkin itu cuma bentuk proses pendewasaan yang sedang di asah. Kutunggu hasilnya ya, pacarku.
                Aku tak tau apa yang sedang kau lakukan disana sekarang. Ini memang sudah hampir larut malam saat kutuliskan deret kata-kata perasaan ini. Aku pikir mungkin kau sedang tertidur lelap disana. Kau terlalu lelah jalani rutinitasmu disana. Atau… kau mulai lelah jalani hubungan yang kau punya denganku sekarang? Kau mulai mengambil jarak denganku yang selalu membuatmu merasa tersiksa dan kecewa atas tingkahku yang sama sekali menyebalkan?
                Tak banyak yang bisa kukatakan. “Maaf,” mungkin cuma itu yang bisa dan selalu bisa kuucapkan padamu. Mungkin matamu sudah terlalu bosan membaca pesan singkatku yang isinya hanya minta maaf. Mungkin telingamu sudah jenuh mendengar kata itu berulang-ulang kali saat kita berkomunikasi lewat telfon. Dan bahkan kau mungkin sudah jengah saat kata itu kuucapkan langsung padamu saat kita bertemu. Sekembalinya nanti kau dari sana, mungkin, bukan mungkin lagi, tapi pasti… Kata “maaf” itu akan ada lagi buatmu.
                Aku masih setia menunggumu.



Gud Nite.

Melva

2 komentar: