Kemarin, pagi ini,
esok, lusa dan seterusnya, mungkin aku akan tetap dan aku masih akan mengagumi sosok
yang sama. Aku masih memperhatikannya. Dan aku kembali jatuh cinta pada orang
yang sama setiap harinya. Meski ragamu dan ragaku tak saling bertemu. Meski
tangan kita tak mampu saling menggenggam. Meski rindu yang datang sering
menyerang dan membuat sakit. Meski rasa cemburu kadang terbersit, namun aku
masih menunggumu kembali dari sana. Dari tempat yang tak kan mungkin kujangkau
saat ini. Ya, alasannya hanya satu, yaitu “jarak.”
Apa
ini yang dinamakan jarak? Membuat batinku sering menangis sebelum tertidur.
Bahkan sakitnya rinduku padamu sering terbawa dalam mimpiku. Tapi apa kau tau?
Rindu yang menjalar ini sebetulnya membuat bangga. Meski itu sakit, setidaknya
aku mengerti bahwa rasaku padamu memang benar adanya. Tak jarang kita
berselisih, tapi apa lagi-lagi kau tahu? Bahwa rindu ini masih setia hanya tertuju padamu.
Dibalik
kecurigaanmu, hatiku sering sakit. Bukan karena apa-apa. Aku tau kau memang
menyayangiku, dan aku tau bahwa aku lah satu-satunya orang yang kau inginkan.
Ya kan? Tapi setiap kecemburuanmu datang dengan kadar yang berlebihan, tak
jarang hatiku bergumam dan bertanya: “Apakah aku sudah tak dipercayai lagi?”
Seharusnya
kau tak perlu takut. Kau tak perlu cemas. Aku masih mengecap cinta yang
sama. Aku masih menggenggam sayang yang sama. Tak pernah terpikir olehku untukku
menambah koleksi atau membuat daftar pacar baru. Tak pernah terpikir olehku untuk mencari
penggantimu, atau mencari tempat pelampiasan rindu kepada yang lain. Aku cuma mau 1. Tentu saja kau tau
siapa itu, ya itu kamu. Cuma kamu. Asal kau tau, aku tak akan yakin untuk
menjalani sebuah hubungan dengan yang lain. Aku tak akan pernah seyakin ini
untuk punya status “pacaran” atau lebih nantinya, kalau bukan denganmu.
Sampai
nafasku tercekat, masih saja kau sering tumpahkan rasa cemburumu padaku dengan
tak ada habis-habisnya. Mungkin kau hanya terlalu sayang. Tapi apa sampai begitu? Mungkin itu cuma
bentuk proses pendewasaan yang sedang di asah. Kutunggu hasilnya ya, pacarku.
Aku tak
tau apa yang sedang kau lakukan disana sekarang. Ini memang sudah hampir larut
malam saat kutuliskan deret kata-kata perasaan ini. Aku pikir mungkin kau sedang
tertidur lelap disana. Kau terlalu lelah jalani rutinitasmu disana. Atau… kau
mulai lelah jalani hubungan yang kau punya denganku sekarang? Kau mulai
mengambil jarak denganku yang selalu membuatmu merasa tersiksa dan kecewa atas
tingkahku yang sama sekali menyebalkan?
Tak
banyak yang bisa kukatakan. “Maaf,” mungkin cuma itu yang bisa dan selalu bisa
kuucapkan padamu. Mungkin matamu sudah terlalu bosan membaca pesan singkatku
yang isinya hanya minta maaf. Mungkin telingamu sudah jenuh mendengar kata itu
berulang-ulang kali saat kita berkomunikasi lewat telfon. Dan bahkan kau
mungkin sudah jengah saat kata itu kuucapkan langsung padamu saat kita bertemu.
Sekembalinya nanti kau dari sana, mungkin, bukan mungkin lagi, tapi pasti… Kata
“maaf” itu akan ada lagi buatmu.
Aku
masih setia menunggumu.
Gud Nite.
Melva
Gud Nite.
Melva
good ._.b
BalasHapusMakasiih. :D
BalasHapus